pasang iklan
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Thursday 12 September 2013

Hal-hal yang Dapat Membatalkan Keislaman Seseorang

1.    Syirik kepada Allah subhanahu wata’ala
 “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS: An Nisa: 48)
 “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al masih putera Maryam", Padahal Al masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (QS. Al Maidah: 72)

2.    Menjadikan makhluk sebagai perantara antara Allah dengan dia, ia meminta kepada perantara tersebut syafaat dan menggantungkan diri kepadanya, maka ia kafir menurut ijma
 “Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.” (QS. Az Zumar: 3)

3.    Barangsiapa yang tidak mengkafirkan orang musyrik, atau meragukan kekafiran mereka atau membenarkan mazhab yang mereka pegang maka ia telah kafir

4.    Bagi yang percaya bahwa ajaran selain Nabi Muhammad lebih sempurna atau menganggap ada hokum selain hukum Allah yag lebih baik, seperti orang yang lebih mengutamakan hukum thoghut daripada hukum Nabi Muhammad maka ia telah kafir
 “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (Qs. An Nisa: 65)

5.    Bagi yang membenci ajaran  Nabi Muhammad walaupun ia mengerjakannya maka ia telah kafir

6.    Mengejek sebagian ajaran Rasulullah, atau mengejek pahala, atau siksa, yang di ajarkan agama Islam maka ia telah kafir
 “Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya Kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?". Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” (QS. At Taubah: 65-66)
7.    Sihir
 “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat[78] di negeri Babil Yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya Kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua Malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya[79]. dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, Sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa Barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, Tiadalah baginya Keuntungan di akhirat, dan Amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 102)
8.    Mendukung golongan musyrik terhadap golongan muslim
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, Maka Sesungguhnya orang itu Termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al Maidah: 51)
9.    Barangsiapa yang berkeyakinan bahwa sebagian manusia boleh tidak mengerjakan ajran Nabi sebagaimana Nabi Khidir tidak wajib mengikuti ajaran Nabi Musa maka ia telah kafir

10. Berpaling dari agama Allah
 “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.” (As Sajdah: 22)

Sumber: Hal-hal yang wajib di ketahui oleh setiap muslim


Wednesday 4 September 2013

Hukum Mengolok-ngolok Pakaian Syar’i



Bagaimana hukumnya orang yang mengolok-ngolok wanita yang mengenakan hijab syar’I dan mensifatinya sebagai “syaithan betina”, “kemah bergerak” dan kalimat-kalimat lain yang menghina?
Jawab: siapapun yang mengolok-ngolok muslimah  atau muslim yang komitmen menjalankan syariat Islam, maka dia kafir. Sama saja dalam masalah hijab syar’I atau yang lainnya. Sebagaimana yang di riwayatkan oleh Abdullah bin Umar radhhiallahu’anhu. Katanya: “Seorang laki-laki pada perang tabuk berkata dalam sebuah mmajelis: “Apa pendapat kalian tentang para penghapal al Qur’an ini, yang banyak makannya, pendusta lisannya, dan penakut jika bertemu musuh?”
Lelaki lain yang mendengarkan perkataannya berkata: “Kamu berdusta, kamulah orang munafik, aku pasti mengabarkannya kepada Rasulullah salallahu’alaihi wasallam. Maka sampailah hal itu kepada Rasulullah salallahu’alaihi wasallam dan turunlah ayat al Qur’an. Ibnu Umar melanjutkan: “Dan aku melihatnya meggelayut pada tali kekang unta Rasulullah salallahu’alaihi wasallam, sambil berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami hanya bermain-main dan bersenda gurau.” Rasulullah salallahu’alaihi wasallam seketika membaca ayat:
"Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?". Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.” (QS. At Taubah: 65-66)
Maka Nabi salallahu’alaihi wasallam menjadikan olok-oloknya terhadap kaum muslimin sama sebagaimana olok-oloknya kepada Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya.

[Fatawa Li al Lajnah ad Daimah II/25]

Saturday 3 August 2013

Tawakkal Seorang Anak Yatim



Seorang masuk kedalam masjid Rasulullah salallahu’alaihi wasallam (Nabawi) diluar waktu shalat jamaah. Ia mendapatkan seorang anak yang umurnya belum genap sepuluh tahun sedang khusu’ shalat. Laki-laki itu menunggu anak tersebut menyelesaikan shalatnya. Dia menghampiri anak tersebut, mengucapkan salam lalu bertanya, “Wahai anak, anak siapakah engkau?” Anak tersebut hanya menundukkan kepalanya dan terlihat air matanya membasahi pipinya. Sejurus kemudian dia mengangkat kepalanya sembari berkata, “Wahai paman saya adalah anak yatim, ayah ibuku telah tiada.” Hati laki-laki itupun tersentuh, lalu berkata, “Wahai anak, maukah kamu kujadikan anak angkatku?” Anak itu menjawab, “Apakah jika aku kelaparan paman akan memberiku makan?” Ya, tentu. Jawabnya. “Jika aku tidak memiliki pakaian, apakah paman bersedia memberiku pakaian?” Ya. Jika aku sakit apakah paman bisa menyembuhkanku?”. Itu bukan kuasaku wahai anankku. “apakah jika aku mati , paman bisa menghidupkanku kembali?”. Mustahil aku mampu melakukannya wahai anakku. “jika demikan, tinggalkanlah aku wahai paman, karena aku telah mendaptkan firman Allah,
“ (Yaitu Tuhan) yang telah menciptakan Aku, Maka Dialah yang menunjuki Aku. Dan Tuhanku, yang Dia memberi Makan dan minum kepadaKu,. Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku. Dan yang akan mematikan Aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali). Dan yang Amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat". (QS. Asy Syu’ara: 78-82)
Laki-laki itupun terdiam dan meninggalkan anak itu sementara anak itu bergumam, “Aku beriman kepada Allah, dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupinya.” [Al Atqiya’ Al Akhfiya’ hal. 98, Syeikh Abdul Azhiem]


Sunday 28 July 2013

Hai Orang-Orang Beriman Berimanlah Kamu


Didalam Al Qur’an Allah subhanhu wata’ala senantiasa mengajak dan memanggil hambaNya dengan pangilan yang indah yaitu “hai orang-orang beriman”, yang mana setelah Allah memanggil hambaNya akan ada perintah atau larangan.
Namun ada satu ayat didalam Al Qur’an yang senatiasa harus kita analisa dan renungkan sebab ketika Allah menyebut “hai orang-orang yang beriman”, justru perintah yang datang adalah pertintah untuk beriman kembali, yaitu ayat yang terdapat dalam surat An Nisa: 136 yang berbunyi:
“Wahai orang-orang yang beriman, berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (QS. An Nisa: 136)
Yang menjadi topik pembicaran kita adalah perintah kepada orang-orang beriman untuk beriman kembali. Biasanya sebuah perintah itu ditujukan kepada orang-orang yang belum melakukan perintah tersebut atau kepada orang-orang yang belum memiliki sifat-sifat tersebut. Namun dalam ayat ini justru yang diperintah untuk beriman adalah orang-orang yang beriman. Ada beberapa penjelasan ulama terkait  ayat ini diantaranya:
1.    Tujuan penekanan ini “yaitu berimanlah kamu” adalah untuk membenarkan dan mengoreksi serta  meluruskan apa yang dia praktekan selama ini.
Sebagai seorang muslim tentunya apa yang kita amalkan dalam agama ini adalah insya Allah semata-mata ikhlas karena Allah subhanahu wata’ala, namun apakah yang kita amalkan tersebut sesuai dengan tuntunan Rasulullah salallahu’alaihi wasallam atau tidak. Oleh karena itu didalam perkara agama ada yang namanya sunnah dan ada yang namanya bid’ah, dalam perkara tauhid ada yang namanya tauhid dan ada yang namanya syirik. Diantara kaum muslimin ada yang melakukan suatu amalan dalam agama ini, namun setelah ditimbang dengan kacamata syariat ternyata tidak lebih hanya sekedar adat dan kebiasan dalam suatu daerah tertentu yang di klaim sebagai ajaran Islam. Padahal Rasulullah salallahu’alaihi wasallam bersabda: “ Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu dalam agama kami maka tertolak (HR. Bukhari dan Muslim)
 Maka hendaknya kita senantiasa mengoreksi amalan kita, apakah telah sesuai dengan petunjuk Rasulullah salallahu’alaihi wasallam atau tidak, jangan sampai kita bertemu dengan Allah subhanahu wata’ala dalam keadaan amalan kita tidak diterima.

2.    Perintah untuk melakukan perkara-perkara yang sudah masuk dalam perkara islam namun belum dilaksankan oleh umat islam.
Hal ini dapat kita lihat dalam kehidupan kita sehari-hari. Betapa banyak orang Islam yang mengaku Islam namun tinggal KTPnya saja. Betapa banyak orang Islam yang mengaku Islam namun tidak shalat, padahal jika kita melihat dalam Al Qur’an begitu banyak ayat-ayat yang memerintahkannya untuk shalat, bahkan ayat tersebut dihapalnya dengan fasih atau dihapalnya diluar kepala (Karena hapalannya diluar kepala, ketika tertiup angin akhirnya terbang deh kemana-mana, tidak ada yang tinggal sama sekali. He..he..he…!).
Belum lagi kita melihat para wanita kaum muslimin yang belum mampu menutupi auratnya, memakai pakaian yang begitu minim yang memperlihatkan lekuk tubuhnya. Bahkan terkesan bangga dengan memperlihatkan auratnya kepada lelaki yang bukan mahramnya. Allahu musta’an
Tentunya ini hanyalah sebagian contoh dari sekian banyak contoh pelanggaran dalam agama ini yang sering kita saksikan. Maka, “Wahai orang-orang yang beriman, berimanlah kamu kepada Allah dan RasulNya”.

3.    Penekanan untuk selalu istiqmah dalam agama ini
Dizaman sekarang ini begitu banyak fitnah dan ujian yang datang bagaikan gelombang dahsyat yang suatu saat dapat menghempaskan seorang muslim dari jalur keistiqamahan dalam menjalankan ketaatan kepada Allah subhanahu wata’ala. Apakah itu datang dari keluarga, harta, wanita, pekerjaan dan semisalnya, semua itu adalah faktor-faktor yang dapat melalaikan seseorang dari jalan Allah. Oleh karena itu di perlukan kesabaran dan kesungguhan dalam menjalankan ketaatan ini.
Sesungguhnya keistiqamahan yang sempurnah adalah ketika ketaatan seorang hamba kepada Allah ta’ala tidak berkurang. Tetapi itu tidaklah mungkin ada 100%  pada diri seorang hamba, terkecuali Nabi salallahu’alaihi wasallam. Karena manusia adalah tempatnya kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu merupakan karunia dari Allah subhanhu wata’ala yang telah menetapkan syariat, untuk menutupinya dengan istighfar.
Nabi salallahu’alaihi wasallam telah mengabarkan bahwa tidak ada manusia yang mampu beristiqamah dengan sempurna, namun paling tidak ada upaya-upaya untuk mendekatinya. Didalam shahihain Rasulullah bersabda: “Lurus dan tepatlah diatas kebenaran atau paling tidak dekatilah.
Dan Allah subhanahu wata’alla berfirman:
“Maka tetaplah pada jalan yang Lurus menuju kepadanya dan mohonlah ampun kepadaNya. dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya,” (QS. Fushilat: 6)
Maka kepada saudaraku kaum muslimin yang telah mengenal nikmatnya hidayah Islam dan telah mengenal nikmatnya hadir di majelis-majelis ilmu serta berdakwah dijalanNya. Renugkanlah ayat ini (surat An Nisa: 136) dan tetaplah istiqamah. Barakallahu fikum.


 

Area Backlink

Mau bertukar link? Masukan Link Blogku ke blog kamu Kemudian masukan nama/web dan url blog kamu pada kotak yang tersedia di bawah, lalu tekan enter. Active Search Results
Klik tanda SUKA pada Cahaya Islam, untuk mengetahui postingan terbaru blog ini dari facebookmu

Kunjungan Ke

Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes