pasang iklan
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Showing posts with label Motivasi. Show all posts
Showing posts with label Motivasi. Show all posts

Sunday 12 April 2015

Paku



Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bersifat sangat pemarah. Untuk mengurangi kebiasaan marah sang anak, ayahnya memberikan sekantong paku dan mengatakan pada anak itu untuk memakukan sebuah paku di pagar belakang setiap kali dia marah.
Hari pertama anak itu telah memakukan 48 paku ke pagar setiap kali dia marah. Lalu secara bertahap jumlah itu berkurang. Dia mendapati ternyata lebih mudah menahan amarahnya daripada memakukan paku kepagar.
Akhirnya tibalah hari dimana anak tersebut merasa sama sekali bisa mengendalikan amarahnya dan tidak cepat kehilangan kesabarannya. Dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya, yang mengusulkan agar ia mencabut satu paku untuk setiap hari dimana dia tidak marah.
Hari-hari berlalu dan anak laki-laki itu akhirnya memberitahu ayahnya bahwa semua paku telah tercabut olehnya. Lalu sang ayah menuntun anaknya kepagar. “Hmm, kamu telah berhasil dengan baik anakku, tapi lihatlah dengan baik lubang yang ada di pagar ini. Pagar ini tidak akan bisa sama seperti sebelumnya. “Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan. Kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini dihati orang lain.
Kamu dapat menusukkan pisau pada seseorang, lalu mencabut pisau itu. Tetapi tidak peduli berapa kali kamu minta maaf, luka itu akan tetap ada...dan luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka fisik.

Sumber: Kumpulan motivasi

Friday 13 January 2012

Garam dan Telaga


Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi datanglah seorang pemuda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air mukanya ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tidak bahagia.
Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Di taburkannya garam itu ke dalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba, minum ini, dan katanya bagaimana rasanya…?” ujar pak tua itu.
“Pahit, pahit sekali”, jawab sang tamu sambil meludah kesamping.
Pak tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ketepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ketepi telaga itu.
Pak tua itu, lalu kembali menaburkan garam, ketelaga itu. Lalu dengan sepotong kayu di buatnya gelombang, mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu. “Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah. Saat tamu itu selesai mereguk air itu, pak tua berkata lagi, “Bagaimana rasanya?”.
“Segar”,  sahut tamunya. “Apakah kamu merasakan garam dalam telaga itu?”, Tanya pak tua lagi. “Tidak” jawab si anak muda.
Dengan bijak, pak tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajak duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama.
“Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu akan di dasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan  tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung semua kepahitan itu.”
Pak tua itu lalu kembali melanjutkan nasehat. “Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.”
Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan pak tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan “segenggam garam”, untuk anak muda yang lain, yang sering dating kepadanya membawa keresahan jiwa. [Kumpulan Motivasi]

Friday 23 December 2011

Memberi Tanpa Pertimbangan

Receh… Kumpulan beberapa receh yang mungkin tercecer di sana-sini, hanya untuk satu tujuan: “di berikan”.
Apakah anda sedang berada di bis kota yang panas, lalu datang pengamen bernyanyi memekakkan gendang telinga. Atau anda sedang berada di mobil ber AC yang sejuk, lalu sepasang tangan kecil mengetuk meminta-minta. Tak peduli bagaimana pendapat anda tentang kemalasan, kemiskinan dan lain sebagainya. Tak perlu banyak pikir, segera berikan satu dua keping pada mereka.
Barangkali ada rasa enggan dan kesal. Tekanlah perasaan itu seiring dengan pemberian anda. Bukankah, tak seorangpun ingin memburukkan dirinya mejadi pengemis? Ingat, kali ini anda hanya sedang “berlatih” member, mengulurkan tangan dengan sejumlah yang tiada berarti? Rasakan saja, kini sesuatu mengalir dari dalam diri melalui telapak tangan anda. Sesuatu itu bernama kasih sayang.
Memberi tanpa pertimbangan bagaikan menyingkirkan batu yang menghambat arus sungai. Arus sungai adalah rasa kasih sayang dari dalam diri. Sedangkan batu adalah kepentingan yang berpusat pada diri sendiri. Sesungguhnya, bukan receh atau berilan yang anda berikan. Kemurahan itu tidak terletak ditangan melainkan di hati. [Kumpulan Motivasi]

Thursday 1 December 2011

Tindakan Kita Sebatas Kita Memandang Dunia


Bila anda memandang diri anda kecil, dunia akan tampak kecil dan tindakan andapun menjadi kerdil. Namun, bila anda memandang diri anda besar, dunia terlihat luas, andapun melakukan hal-hal penting dan berharga.
Tindakan anda adalah cermin bagaimana anda melihat dunia. Sementara dunia anda tidak lebih luas dari pikiran anda tentang diri anda sendiri. Itulah mengapa kita diajarkan untuk berprasangka positif pada diri sendiri, agar kita bisa melihat dunia lebih indah dan bertindak selaras dengan kebaikan-kebaikan yang ada dalam pikiran kita. Padahal dunia tak butuh penilaian apa-apa dari kita. Ia hanya memantulkan apa yang ingin kita lihat. Ia menggemakan apa yang ingin kita dengar. Bila kita takut menghadapi dunia, sesungguhnya kita takut menghadapi diri kita sendiri.
Maka, bukan soal apakah kita berprasangka positif atau negatif terhadap diri sendiri. Melampui di atas itu, kita perlu jujur melihat diri sendiri apa adanya. Dan, dunia pun menampakan realitanya yang selama ini tersembunyi di balik penilaian-penilaian kita. [Kumpulan Motivasi]

Wednesday 9 November 2011

Temukan Cinta Anda


Bila anda tak mencintai pekerjaan anda, maka cintailah orang-orang yang bekerja disana. Rasakan kegembiraan dari pertemanan itu. Dan, pekerjaanpun jadi menggembirakan. Bila anda tidak bisa mencintai rekan-rekan kerja anda, maka cintailah suasana dan gedung kantor anda. Ini mendorong anda untuk bergairah  berangkat kerja dan melakukan tugas-tugan dengan lebih baik lagi.
Bila toh anda juga tidak bisa melakukannya, cintailah setiap pengalaman pulang pergi, dari tempat kerja anda. Perjalanan yang menyenangkan menjadikan tujuan tampak menyenangkan juga.  Namun, bila anda tak menemukan kesenangan disana, maka cintailah apapun yang bisa anda cintai dari kerja anda, tanaman penghias, meja, cicak di dinding (yang diam-diam merayap, datang seekor nyamuk lalu ditangkap…he…he..he..) , ataupun gumpalan awan  yang tampak dari balik jendela.
Apa saja, bila anda tidak menemukan apa yang bisa anda cintai dari pekerjaan anda, maka mengapa anda ada di situ? Tak ada alasan bagi anda untuk tetap bertahan. Cepat pergi dan carilah apa yang anda cintai, lalu bekerjalah di sana. Hidup hanya sekali. Tak ada yang lebih indah selain melakukan pekerjaan dengan rasa cinta dan tulus. [Kumpulan Motivasi]

Friday 28 October 2011

Sedikit Demi Sedikit Lama-Lama Menjadi Bukit


Pepatah ini sederhan saja, “Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit”. Kita biasa memaknainya, bahwa jika kita mengumpulkan sesen demi sesen, pada saatnya kita akan dapat sepundi. Namun sesungguhnya pepatah ini tak sekedar berbicara tentang hidup hemat, atau ketekunan menabung.
Pepatah ini menyiratkan tentang sesuatu yang lebih berharga daripada sekantung keping uang, yaitu bila kita mampu mengumpulkan kebaikan dalam setiap tindakan-tindakan kecil kita, maka kita akan dapati kebesaran dalam jiwa kita.
Bagaimanakah tindakan-tindakan kecil itu mencerminkan kebesaran jiwa pemiliknya? Yaitu bila di sertai dengan secercah kasih sayang di dalamnya. Ucapan terima kasih, sesungging senyuman, sapaan ramah atau pelukan bersahabat, adalah mungkin tindakan yang sepele saja. Namun dalam liputan kasih sayang, ia jauh lebih tinggi daripa tumpukan tabungan anda. [Kumpulan Motivasi]

Misi Hidup dalam Sebuah Kerja


Seorang wanita tua, bertubuh gemuk, dengan senyum jenaka disela-sela pipinya yang bulat, duduk menggelar nasi bungkus dagangannya. Segera saja beberapa pekerja bangunan dan kuli angkut yang sudah menunggu sejak tadi mengerubungi dan membuatnya sibuk meladeni. Bagi mereka menu dan rasa bukan soal, yang terpenting adalah harga yang luar biasa murah.
Hampir-hampir mustahil ada orang yang ada orang yang bisa berdagang dengan harga demikian rendah. Lalu apa untungnya? Wanita itu terkekeh menjawab, “Bisa numpang makan dan beli sedikit sabun”. Tapi bukankah ia bisa menaikkan harga sedikti? Sekali lagi ia terkekeh, “Lalu bagaimana kuli-kuli itu bisa beli? Siapa yang mau menyediakan sarapan buat mereka?” katanya sambil menunjuk para lelaki yang kini berlomptan keatas truk pengantar mereka ketempat kerja.
Ah! Betapa cantiknya, bila sebongkah misi hidup dipadukan dalam sebuah kerja. Orang-orang memahami benar kehadiran karyanya, sebagaimana wanita tua di atas, yang bekerja dengan setitik kesejahteraan bagi manusia, adalah tiang penyangga yang menahan langit agar tak runtuh. Merekalah beludru halus yang membuat jalan hidup yang tampak keras membatu ini menjadi lembut bahkan mengobati luka. Bukankah demikian tugas kita dalam kerja: menghadirkan secercah kesejahteraan bagi sesama. [Kumpulan Motivasi]

Thursday 27 October 2011

Bersyukur Pada Apa Saja


Anda wajib mensyukuri apapun yang menimpa anda. Ini bukan masalah keberuntungan. Bersyukur menuntun anda untuk senantiasa menyingkirkan sisi negatif dari hidup. Orang lain mungkin mengatakan bahwa anda tidak realistis. Namun, sebenarnya sikap anda jauh lebih realistis, yaitu membebaskan diri anda dari kecemasan atas kesalahan.
Bersyukur mendorong anda untuk bergerak maju dengan penuh antusias. Tak ada yang meringankan hidup anda selain sikap bersukur. Semakin banyak anda bersyukur semakin banyak anda menerima. Semakin banyak anda mengingkari, semakin berat beban yang anda jejalkan pada diri anda. Kebanyakan orang lebih terpaku dengan kegagalan lalu mengingkarinya. Sedikit sekali yang melihat keberhasilan lalu mensyukurinya. Karena, anda tidak akan pernah berhasil dengan menggerutu dan berkeluh kesah. Anda berhasil karena berusaha. Sedangkan usaha anda lakukan karena melihat sisi positif. Hanya dengan bersyukur sisi positif itu tampak dalam pandangan anda. [Kumpulan Motivasi]

 

Area Backlink

Mau bertukar link? Masukan Link Blogku ke blog kamu Kemudian masukan nama/web dan url blog kamu pada kotak yang tersedia di bawah, lalu tekan enter. Active Search Results
Klik tanda SUKA pada Cahaya Islam, untuk mengetahui postingan terbaru blog ini dari facebookmu

Kunjungan Ke

Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes