pasang iklan
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Friday 30 January 2015

Mengumandangkan Adzan Sebelum Masuk Waktu



Apa hukum mengumandangkan adzan sebelum masuk waktu shalat, dan duduknya muadzin setelah adzan, serta bagaimana pendapat yang ada.
Jawab: Tidak boleh mengumandangkan adzan sebelum masuk waktu shalat, kecuali adzan subuh setelah pertengahan malam. Ini sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud radhiallahu’anhu bahwa Nabi salallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Janganlah salah seorang diantara kalian menghentikan sahurnya karena adzan Bilal, seseungguhnya dia mengumandangkan adzan –atau dengan ungkapan lain- menyeru pada malam hari untuk mengingatkan orang yang tengah shalat (akan dekatnya waktu subuh) dan membangunkan yang masih tidur.” (HR. Jama’ah selain Tirmidzi)
Dari Samurah bin Jundab dia berkata bahwa Rasulullah salallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Janganlah kalian menghentikan sahur kalian karena mendengar adzan Bilal, atau warna putih yang memanjang di ufuk, sampai menyebar cahayanya.” (HR. Muslim)
Menurut riwayat lain, “Janganlah kalian meninggalkan sahur karena mendengar adzan Bilal dan cahaya ufuk yang memanjang, (yang benar) sampai cahaya fajar menyebar di ufuk.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Diriwayatkan dari Zaid bin Harits as Shada’i yang berkata: “Ketika pertama kali adzan subuh, Nabi salallahu’alaihi wasallam menyuruhku. Maka aku bertanya: “Apakah segera dilakukan wahai Rasulullah? Beliau memandang kearah Timur dan berkata: “Jangan samapai terbit fajar.”…Ketika para sahabat berdatangan dan Nabi salallahu’alaihi wasallam telah berwudhu, Bilal ingin mengiqamati, maka Nabi salallahu’alaihi wasallam berkata: “Sesungguhnya saudaramu as Shada’i telah mengumandangkan adzan, maka dialah yang iqamat.” Maka akupun iqamat.” (HR. Abu Daud dan at Tirmidzi)
Dianjurkan untuk tidak mengumandangkan adzan sebelum waktu fajar, kecuali bersamanya ada muadzin lain yang akan adzan manakala masuk waktu subuh. Ini sebagaimana yang dilakukan Bilal dan Ibnu Ummi Maktum, meneladani Rasulullah salallahu’alaihi wasallam. Karena jika tidak demikian, maka tujuan adzan untuk memberitahukan masuk waktu menjadi tidak tercapai. Akan tetapi, jika ada dua muadzin, maka dapat tercapai tujuan pemberitahuan waktu.
Ada pendapat lain bahwa tidak boleh adzan sebelum terbit fajar (maksudnya adzan subuh). Hal ini berdasarkan riwayat Ibnu Umar radhiallahu’anhu bahwa Bilal radhiallahu’anhu pernah adzan sebelum subuh, maka Nabi salallahu’alaihi wasllam memberitahukannya untuk mengulanginya.
Dari Bilal radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah salallahu’alaihi wasallam bersabda kepadanya:
“Janganlah engkau mengumandangkan adzan sampai jelas bagimu subuh seperti ini. Beliau lalu menjulurkan/mengulurkan tangannya melebar.” (Keduanya di riwayatkan oleh Abu Daud).
Dari hadits Anas radhiallahu’anhu di dalam Al Bukhari dan lainnya, dia berkata bahwa: “Jika Nabi salallahu’alaihi wasallam bersama kami memerangi suatu kaum, beliau tidak segera memeranginya sampai dating waktu subuh untuk mengamati. Jika terdengar suara adzan dari kaum tersebut, maka tidak jadi diperangi. Jika tidak terdengar adzan, maka beliau memeranginya. Beliau salallahu’alaihi wasallam menjadikan Syi’ar (alamat) negeri Islam dengan adzan ketika terbit fajar.”
Sekelompok ahli hadits berkata bahwa jika ada dua muadzin, yang adzan sebelum terbit fajar dan lainnya sesudah fajar, maka tidak mengapa. Ini karena adzan sebelum terbit fajar belum menyampaikan maksud pemberitahuan waktu, sehingga tidak boleh (mencukupkan dengannya), sebagaiana halnya shalat (sebelum waktu). Kecuali jika terdapat dua muadzin; karena dapat mencapai tujuan pemberitahuan waktu yaitu dengan adzan salah seorang dari keduanya.
Dianjurkan bagi muadzin untuk duduk sejenak (beberapa saat) setelah adzan shalat (fajar), seperti duduk singkat pada waktu setelah adzan (maghrib), lalu mengumandangkan iqamat shalat. Ini berdasarkan hadits Ubay bin Kaab secara marfu’:
“Wahai Bilal jadikan antara adzan dan iqamatmu senggang (sebatas) orang sedang makan menyelesaikan makannya dengan perlahan dan (orang yang berhajat) menyelesaikan hajatnya dengan perlahan.” (HR. Abdullah bin Ahmad)
Dan dari Jabir radhiallahu’anhu bahwa Nabi salallahu’alaihi wasallam bersabada kepada Bilal radhiallahu’anhu:
“Jadikanlah antara adzan dan iqamatmu waktu sekedar orang yang makan menyelesaikan makannya dan orang yang minum menyelesaikan minumnya dan orang yang ingin buang hajat menyelesaikan hajatnya.” (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi). [Majalah Fatawa. Hal. 23-25. Vol. 06. Th. II. 1425H. 2004M.]

Monday 26 January 2015

Mengenali Teman Bergaul



Dalam bergaul, hendaknya kita mengklasifikasi  manusia menjadi empat. Ketidakmampuan kita untuk membedakan masing-masingnya akan membawa bencana bagi diri kita. Sebagaimana sabda Nabi salallahu’alaihi wasallam: “Seseorang itu tergantung dari agama temannya maka perhatikanlah dengan siapa dia berteman”. Berikut ini adalah empat kelompok manusia yang biasa di jadikan teman bergaul yang di kutip dari buku Tazkiayatun nafs

  •   Kelompok yang bergaul dengan mereka yang seperti mengkonsumsi makanan yang bergizi. Ia di butuhkan siang dan malam. Jika seseorang menyelesaikan keperluannya ia di tinggal, dan jika di perlukan lagi ia di datangi. Demikian seterusnya. Mereka adalah para ulama, ahli ma’rifatullah, memahami perintah-perintahNya, mengerti tipu daya muslihat musuhNya, dan memilki ilmu tentang penyakit-penyakit hati serta obatnya. Mereka adalah orang-orang yang setia kepada Allah subhanahu wata’ala, kitabNya, RasulNya, dan seluruh makhluk. Bergaul dengan mereka adalah keuntungan yang nyata.

  • Kelompok yang bergaul dengan mereka yang seperti menkonsumsi obat. Ia di butuhkan di kala sakit. Selama anda sehat, anda tidak memerlukan pergaulan dengan mereka. Mereka adalah para professional dalam urusan muamalat, bisnis, dan yang semisalnya. Anda harus bergaul dengan mereka, jika ingin urusan ma’isyah anda lancar.
  • Kelompok yang bergaul dengan mereka yang seperti  mengkonsumsi penyakit. Ada penyakit ganas dan memakan waktu yang lama untuk dapat di sembuhkan. Mereka adalah orang-orang yang tidak membawa keberuntungan, dunia ataupun akhirat, atau salah satunya. Jika anda bergaul dengannya, sesungguhnya ia adalah penyakit yang membawa kematian dan menakutkan. Ada juga yang penyakit  yang lebih ringan, yaitu orang-orang yang bicaranya tidak baik, tidak ada manfaatnya bagi anda. Dia tidak tahu siapa dirinya sehingga mampu menempatkan pada tempatnya. Jika ia bebicara, kata-katanya ibarat sembilu mengiris hati orang-orang yang mendengarnya. Namun ia tetap bangga dengan ucapannya. Ia melakukannya kepada siapa saja yang bergaul dengannya dan menyangka bahwa ia sedang menebar minyak wangi. Dan jika ia diam, maka ia lebih berat daripada sebongkah batu. Tidak ada seorangpun yang mampu mengangkatnya, mengubah keadaannya.
  • Kelompok yang bergaul dengan mereka yang membawa kebinasaan total. Mereka ibarat racun, jika seseorang tidak sengaja memakannya itupun sudah satu kerugian. Kelompok ini banyak sekali, mereka adalah ahli bid’ah dan kesesatan, penghalang sunnah Rasulullah salallahu’alaihi wasallam, yang selalu menyuruh untuk menyelisihinya. Mereka menjadikan sunnah sebagai bid’ah dan sebaliknya. Seorang yang berakal tidak pantas bergaul dan berteman dengan mereka. Kalaupun di lakukakan, niscaya hatinya akan sakit bahkan mati.
Semoga kita di beri kemudahan untuk memilih teman yang baik, yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat kita.

Thursday 22 January 2015

Mengeraskan Suara Ketika Adzan



Apa Hukum meninggikan/mengeraskan suara ketika adzan dan apa dalilnya?
Jawab: hukumnya di sunnahkan, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahu’anhu bahwa Nabi salallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Seorang Muadzin diampuni baginya sejauh jangkauan suaranya, dan segala sesuatu yang basah dan kering menjadi saksi baginya.” (HR. Khamsah selaim At Tirmidzi)
Dari Abdullah bin Abdurrahman bin sha’sha’ dari ayahnya bahwa Abu Said Al Khudri radhiallahu’anhu berkata kepadanya: “Aku melihatmu menyukai kambing dan tempat pengembalaan. Jika engkau tengah bersama gembalaanmu atau tengah berada di tempat pengembalaanmu ketika mengumandangkan adzan, maka tinggikan suaramu. Sesungguhnya tidaklah jin, manusia, atau apapun yang mendengar suara adzanmu melainkan akan menjadi saksi pada hari kiamat.” Abu Said berkata: “Aku mendengarnya dari Rasulullah salallahu’alaihi wasallam.” (HR. Malik, al Bukhari, An Nasa’I, dan Ibnu Majah). 

[Majalah Fatawa. Hal. 26. Vol. 06. Th. II. 1425H. 2004]

Sunday 18 January 2015

Masuklah Kedalam Islam Secara Keseluruhan



Terkadang kita mendengar ucapan dari sebagian kaum muslimin yang mengatakan bahwa “Kalian hanya berbicara mengenai hal-hal sepele dan masalah furu’iyah (masalah cabang dalam agama), bukan masalah pokok, ini hanyalah merupakan kulitnya saja dari agama ini yang tidak perlu dibahas secara bertele-tele masih banyak persoalan yang lebih besar dalam agama ini yang harus dibahas”. Akibatnya  mereka lalu melakukan pelanggaran dalam agama ini, yang mereka anggap bahwa itu hanyalah persoalan ringan.
Maka janganlah kemudian kita digelincirkan oleh syaitan yang merupakan musuh anak cucu Adam yang abadi. Ketahuilah bahwa sesungguhnya syaitan telah berjanji kepada Allah bahwa dia akan menyesatkan anak cucu Adam sampai kita semua dibangkitkan oleh Allah pada hari kiamat kelak.
Kepada kaum muslimin yang masih membagi-bagi agama ini menjadi kulit dan isi hendaknya memperhatikan ayat Allah di dalam Al Qur’an:
Hai orang-orang yang beriman masuklah kamu kedalam islam secara keseluruhan.” (QS. Al Baqarah: 208)
Berkata Ibnu Katsir rahimahullah (dalam menafsirkan ayat tersebut): “Masuklah kamu kedalam islam dan taatilah seluruh perintah-perintahNya”.
Al Alusy rahimahullah berkata: “Makna (dari ayat tersebut) adalah: “Masuklah kamu kedalam islam dengan seluruh dirimu. Dan jangan kamu biarkan sedikitpun, baik yang (berhubungan dengan) hal-hal lahir kamu maupun batin, melainkan dalam keadaan islam. sehingga tidak ada tempat bagi yang lain (selain islam).
Maka tidak dibolehkan bagi seorang muslim untuk menganggap remeh sesuatu dari dosa, sebab mungkin saja dosa yang di remehkan itu akan menjadi sebab “zaighul qalb” (tergelincirnya hati/berpalingnya hati dari kebenaran). Allah subhanahu wata’ala berfirman:
Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka (QS. Ahs Shaf: 5)
Dari Sahl bin Saad radhiallahu’anhu  dari Nabi sallalhu’alahi wasallam telah bersabada:
Hati-hatilah kamu dari merehkan dosa-dosa (kecil) karena perumpamaan dari dosa-dosa kecil itu laksana suatu kaum yang singgah disuatu lembah lalu datang seorang dengan sepotong kayu dan datang yang lain dengan sepotong kayu, sehingga mereka dapat mengumpulkan (sejumlah potongan kayu) yang dengannya sanggup membuat roti menjadi masak. Dan sesunggunhnya dosa-dosa kecil itu manakala dilakukan oleh seseorang maka ia akan membinasakannya.” (HR. Ahmad dan lainnya)
Berkata Ibnu Mu’taz rahimahullah:
“Tinggalkan dosa-dosa kecil dan (dosa-dosa) besar. Itulah taqwa.
Berbuatlah sebagaimana yang diperbuat oleh orang yang berjalan diatas tanah yang berduri, dimana dia berhati-hati terhadap apa yang dilihatnya.
Janganlah kamu meremehkan (dosa-dosa) kecil, sesungguhnya gunung-gunung (yang besar itu) kumpulan dari kerikil (yang kecil).
Oleh karena itu tidak sepantasnya bagi orang yang beriman kepada Allah untuk meremehkan sebagian syariat dalam agama ini, selama itu datangnya dari Allah dan rasulNya. Hendaknya kita masuk kedalam agama ini secara keseluruhan dengan cara berusaha untuk menerima dan mengamalkan semua ajaran agama islam tanpa terlewatkan sedikitpun.
Kemudian, bahwa dikotomi agama dengan istilah kulit dan isi merupakan istilah bid’ah masa kini yang tidak dikehendaki. Sebab ini hanyalah bertujuan untuk melepaskan diri kita dari sebagian perintah-perintah Allah subhanahu wata’ala dan menghancurkan islam. Maka benarlah orang yang mengatakan “Seandainya bukan karena kulit niscaya akan binasalah isi”.

 

Area Backlink

Mau bertukar link? Masukan Link Blogku ke blog kamu Kemudian masukan nama/web dan url blog kamu pada kotak yang tersedia di bawah, lalu tekan enter. Active Search Results
Klik tanda SUKA pada Cahaya Islam, untuk mengetahui postingan terbaru blog ini dari facebookmu

Kunjungan Ke

Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes