Setiap hari kita di suguhkan dengan pemandangan yang
dapat membinasakan iman seseorang. Wanita-wanita muslimah yang keluar rumah
dengan memakai pakaian mempertontonkan auratnya adalah pemandangan yang di
anggap biasa pada hari ini. Hendaknya kita tidak lupa bahwa semua anggota tubuh
kita kelak di akhirat akan di mintai pertanggungjawabannya. Maka sudah
seharusnya jika dalam setiap aktivitas kita senantiasa selaras dengan tuntunan
Allah subhanahu’wata’ala.
Diantara sikap yang harus dimiliki seorang muslim
dan muslimat adalah senantiasa berusaha menjaga pandangannya untuk tidak
melihat hal-hal yang di haramkan oleh Allah subhanahu
wata’ala. Tidak berlebihan dalam menghambur-hamburkan pandangan, sebab
berlebihan dalam hal memandang akan menimbulkan anggapan indah apa yang di
pandangnya. Selanjutnya muncullah berbagai kerusakan dalam hatinya. Diantara
kerusakan yang di maksudkan adalah sebagai berikut:
Pertama:
di riwayatkan bahwa Rasulullah salallahu’alaihi
wasallam bersabda:
“Pandangan itu
adalah panah beracun Iblis. Barangsiapa yang menundukan pandangannya karena
Allah subhanahu wata’ala, Dia akan berikan kepadanya kenikmatan dalam hatinya
yang akan ia rasakan sampai bertemu denganNya”
(HR. At Thabrani dan Al Hakim)
Dari hadits
diatas dapat kita mengambil pelajaran bahwa pandangan adalah anak panah
beracun Iblis yang jika dia terlepas maka akan mengenai sasaran, hanya saja
anak panah itu terkadang menancap sangat dalam dan menimbulkan “luka” yang
sulit untuk di sembuhkan atau hanya sekedar menggores sasaran tersebut.
Kedua:
masuknya syaitan ketika seseorang memandang. Sesungguhnya masuknya syaitan
melalui jalan ini melebihi kecepatan aliran udara keruang hampa. Syaitan akan
menjadi wujud yang di pandang seakan-akan indah, menjadikannya sebagai berhala
tautan hati. Kemudian mengobral janji dan angan-angan. Lalu, ia nyalakan api
syahwat dan ia lemparkan kayu bakar maksiat. Seseorang tidak mungkin
melakukannya tanpa adanya gambaran wujud yang di pandang.
Ketiga:
pandangan itu menyibukkan hati, mejadikannya lupa akan hal-hal yang bermanfaat
baginya, dan menjadi penghalang antara keduanya. Akhirnya, urusannya pun jadi
kacau, ia selalu lalai dan mengikuti hawa nafsunya. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Dan janganlah
kamu taat kepada orang yang telah kami lalaikan hatinya dari dzikir kepada Kami
dan mengikuti hawa nafsunya serta urusannya kacau balau.”
(QS. Al Kahfi: 28)
Para
pakar akhlak bertutur: “Antara mata dan
hati ada kaitan eratnya. Bila mata telah rusak dan hancur, maka hatipun akan
rusak dan hancur. Hati seperti ini ibarat tempat sampah yang berisikan segala
najis, kotoran dan sisa-sisa yang menjijikkan. Ia tidak layak di huni oleh
ma’rifatullah, mahabbatullah, inabah kepadaNya, ketundukan kepadaNya, dan
kegembiraan berada di dekatNya. Penghuninya adalah hal-hal yang menjadi
kebalikannya.”
Keempat: Membiarkan pandangan
lepas juga adalah kemaksiatan kepada Allah subhanahu
wata’ala, karena Allah subhanahu
wata’ala berfirman:
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang
beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara
kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang
beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya…”
(QS. An Nuur: 30-31)
Dan
juga sabda Nabi salallahhu’alaihi
wasallam:
“Wahai Ali,
janganlah pandangan pertama kau ikuti dengan pandangan berikutnya, untukmu
pandangan pertama, tetapi bukan untuk berikutnya!”
(HR. Abu Dawud, At Tirmidzi dinyatakan shahih oleh Al Hakim sesuai dengan
syarat Muslim dan di sepakati oleh Adz Dzahabi)
Dan dalam riwayat yang lain dari sahabat Jarir bin
Abdullah radhiallahu’anhu berkata:
“Aku bertanya
kepada Rasulullah salallahu’alaihi wasallam tentang pandangan yang tidak di
sengaja. Beliau memerintahkanku untuk memalingkan pandanganku.”
(HR. Muslim)
Sesungguhnya orang yang mendapatkan kemenangan di
dunia, hanyalah orang yang menjalankan pertintah Allah subhanhu wata’ala. Tidak ada keselamatan bagi seorang hamba kecuali
menjalankan perintah-perintah Allah subhanahu
wata’ala.
Membiarkan pandangan bebas berarti memasukkan
kegelapan di dalam hati. Sebagaimana menundukkan pandangan karena Allah subhanahu wata’ala berarti memasukkan
cahaya kedalamnya. Bila hati telah bersinar, berbagai amal kebaikan berdatangan
dari berbagai penjuru, untuk di laksanakan. Sebagaimana bila ia gelap, berbagai
bencana dan keburukan pun akan berdatangan dari berbagai tempat.
Membiarkan pandangan lepas juga menjadikan hati
buta, tidak dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil, yang sunnah dari
yang bid’ah. Tunduknya pandangan karena Allah subhanahu wata’ala akan membuahkan firasat yang benar yang dapat
menjadi pembeda.
Salah seorang shaleh berkata: “Barangsiapa yang mengisi lahirnya dengan mengikuti sunnah, mengisi
batinnya selalu bermuraqaabah, menjaga pandangannya dari hal-hal yang di
haramkan, menjaga dirinya dari yang syubhat dan hanya memakan yang halal,
firasatnya tidak akan keliru.”
Balasan itu setimpal dengan amal. Barangsiapa yang
menundukan pandangannya dari hal-hal yang di haramkan oleh Allah subhanahu wata’ala, niscaya Allah subhanahu wata’ala akan mencemerlangkan
bashirahnya. Oleh karena itu, wahai saudaraku tundukanlah pandanganmu karena
Allah.