Marah adalah gejolak dalam jiwa yang memiliki hasrat
untuk menyerang dan membalas. Selain itu marah juga dikatakan sebagai darah
jantung yang mendidih dan pengaruh gejolaknya terlihat pada anggota tubuh,
seperti memerah wajahnya, urat yang tegang, dan mata yang memerah.
Tidak ada yang ditimbulkan marah selain kerusakan
(kecuali marah di jalan Allah). Bahkan tujuan yang mulia dapat menjadi hina di
sebabkan kemarahan. Hal ini dapat kita saksikan dalam kehidupan nyata, misalnya,
kita sering menyaksikan orang-orang yang berunjuk rasa kepada pemerintah yang
tidak adil, yang berujung pada tindakan anarkis para pengunjuk rasa. Contoh
lainnya adalah Negara Libya yang terancam di “Irakkan” oleh Amerika dan para
sekutu dan sekecoaknya juga di sebabkan karena kemarahan. Meskipun tujuan
awalnya adalah kebaikan yaitu menghilangkan ketidak adilan di permukaan bumi,
tetapi jika di lakukan dengan kemarahan maka hasilnya adalah kerusakan yang
lebih besar daripada tujuan yang ingin dicapai.
Islam telah menunjunkan untuk senantiasa
berhati-hati terhadap marah dan berusaha untuk mengobatinya jika terjadi pada
diri seseorang. Berikut ini adalah tips-tips untuk menghilangkan marah, untuk
tidak berlama-lama,
maka langsung aja kita ke T...K...P...! (Upss! Udah ngga’ ada ya? ^_^’)
Pengobatan marah dalam semua kondisi yang terpenting
adalah:
1. Menyadari
bahwa marah adalah penyakit berbahaya dan penyakit yang tidak dapat di obati.
Siapapun
yang marah, dikhawatirkan akan tertimpa penyakit yang mematikan. Jika kita
menyadari hal tersebut tentunya kita akan berusaha untuk menjauhi hal-hal yang
dapat membahayakan diri kita sendiri. Tidak diragukan lagi bahwa keyakinan
seseorang kepada sesuatu yang membahyakan dirinya, akan memberinya pertahanan
untuk tidak mendekati dan melakukan sesuatu tersebut. Inilah titik awal
pengobatan.
2. Menjauhi
penyebab marah dan tuntutannya.
Diriwayatkan
dalam sebuah hadits dari Yahya bin Yusuf bercerita kepadaku Abu Bakar (Ibnu
Ayyas) mengabarkan kepada kami dari Abu Hasyim dari Abu Shalih dari Abu
Hurairah radhiallahu’anhu bahwa ada
seorang laki-laki berkata kepada Nabi salallhu’alaihi
wasallam.”Berilah aku wasiat!”
Nabi pun bersabda,”jangan marah” lalu
orang tersebut mengulang-ulang pertanyannya. Maka Nabi bersabda “jangan marah”. (HR. Bukhari)
Para
ulama menafsirkan hadits ini ”jangan
marah” dengan menjauhkan diri dari penyebab-penyebab marah dan bertahan
untuk tidak marah, hal ini disebab karena marah merupakan perangai yang ada
dalam diri manusia tidak seorangpun terbebas darinya. Oleh karena itu, menjauhi
penyebab-penyebab marah adalah sesuatu yang mungkin dilakukan bagi seseorang.
3. Berlindung
kepada Allah subhanahu wata’la dari Syaitan yang terkutuk.
Syaitanlah
yang mengeluarkan Adam alaihis sallam
dari Syurga dan mendorong Qabil untuk membunuh saudaranya Habil. Dialah yang
mempengaruhi marah dalam diri manusia dan mengobarkan api balas dendam, agar
merata panasnya di semua tempat.
Inilah
tujuan dari Syaitan dan kepentingannya dalam kehidupan ini, dia tidak akan
meninggalkan manusia sampai manusia itu dapat digiring dan tunduk kepada
perintahnya. Karena dia adalah musuh utama bagi manusia, dia tidak ingin
manusia baik, bahagia dan aman. Oleh karena itu Allah subhanhu Wat’ala berfirman:
“Dan jika
kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan Maka berlindunglah kepada Allah.” (QS.
Al A’raf: 200)
Imam
Muslim telah meriwayatkan dalam shahihnya sebagai berikut bahwa. Dua orang
laki-laki diatawan oleh Nabi salallahu’alihi
wasallam. Salah satunya merah matanya dan mengembung urat lehernya,
Rasulullah salallahu’alaihi wasallam
bersabda: “Sesungguhnya aku mengetahui
sebuah kalimat, yang jika diucapkan, niscaya akan hilang kemarahan seseorang
yaitu,”Audzubillahi minasyaitanirrajiim” (HR. Muslim)
4. Hendaklah
berwudhu ketika sedang marah
Wudhu
adalah resep Nabi salallahu’alihi
wasallam dalam meringankan tekanan kemarahan dan mematikan kobarannya,
menenangkan jiwa yang marah, menurunkan suhu tubuh yang menyala akibat emosi.
Rasulullah salallahu’alaihi wasallam
bersabda:
“Sesungguhnya marah itu dari Syaitan dan
Syaitan diciptakan dari api dan sesungguhnya api dipadamkan dengan air, maka apabila
salah seorang dari kalian marah, maka berwudhulah. (HR. Abu Dawud, dalam
sunannya).
Namun
apabila wudhu belum meredakan marahnya maka hendaklah ia mandi
5. Hendaklah
mendekat kebumi (sujud)
Apabila
orang yang marah itu sedang duduk maka
janganlah ia berdiri karena gerakan itu akan mempengaruhinya. Rasulullah salallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Ketahuilah , bahwa
marah itu bara api dihati manusia, tidakkah kalian melihat merahnya kedua
matanya, dan tegangnya urat nadi lehernya? Barangsiapa merasakan hal itu, maka
hendaklah mendekat kebumi (sujud).” (HR.
Tirmidzi)
Hal
ini bertujuan dengan mendekat kebumi akan menghentikan aktifitasnya yang
memungkinkan munculnya pengaruh marah selanjutnya.
6. Merubah
posisi ketika sedang marah
Abu
Dzar radhiallahu’anhu menerangkan bahwa Rasulullah salallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Jika salah seorang
diantara kamu marah, sedang dia dalam keadaan berdiri, duduklah maka marah akan
pergi darinya, jika belum juga maka berbaringlah.”
(HR. Abu Dawud, Ahmad dan Ibnu Hibban)
Hal
ini merupakan pengobatan untuk menenangkan diri dan memadamkan api kemarahan.
Karena manusia dalam keadaan berdiri lebih siap untuk melaksanakan kemarahannya
daripada ketika sedang duduk, dan duduk lebih siap daripada ketika berbaring.
7. Diam
dan menjaga lidah untuk tidak berbicara ketika
sedang marah.
Rasulullah
salallahu’alaihi wasallam bersabda: “Ajarilah dan permudahlah dan jangan
mempersulit. Jika salah seorang diantara kalian marah, maka diamlah” Beliau
mengatakannya sebayak tiga kali. (HR. Ahmad)
Karena
menggerakkan lidah ketika marah terkadang akan membuat orang mengucapkan
kata-kata buruk dan keji yang akan memancing pertikaian dan perdebatan sehingga
akan memberikan pengaruh yang berbahaya bagi dirinya dan orang lain.
Imam
Syafi’i rahimahullah berkata: “Ada orang bodoh mengajak bicara dengan
seluruh caci maki. Maka aku jadi benci untuk menjawabnya. Dia semakin bodoh,
sedang aku semakin santun. Kebaikan seperti batang korek api yang semakin
membakarnya.
8. Mengingat
keutaman menahan marah
Ketika
kita marah, hendaklah kita senantiasa mengingat keutamaan orang yang dapat
menahan amarahnya karena Allah subhanahu
wata’ala. Karena dengan ini kita akan menjadi tenang dan bahagia, kita
tidak perlu mendengarkan bisikan-bisikan syaitan yang mengajak kita untuk larut
dalam kemarahan yang menyebabkan kita kehilangan keutaman yang dijanjikan Allah
ini. Didalam sebuah riwayat Rasulullah salallahu’alaihi
wasallam bersabda;
“Tidak ada suatu
kesabaran yang paling besar pahalanya di sisi Allah, daripada seorang hamba
yang sabar menahan amarahnya karena ingin bertemu Allah ta’ala.”
(HR. Ibnu Majah)
Dan
dalam riwayat yang Rasulullah salallahu’alaihi
wasallam bersabda:
“Siapa yang dapat
menahan amarahnya, padahal ia dapat melampiaskannya, maka pada hari kiamat
nanti Allah akan memanggilnya dihadapan para (pemimpin) makhluk, dan ia
diberikan pilihan untuk memilih bidadari yang ia sukai.”
(HR. Ibnu Majah)
Subhanallah..!
siapakah yang tidak ingin mendaptkan keutamaan ini, saya yakin anda akan
mengatakan, “Semua orang ingin
mendapatkannya”. Jika demikian tahanlah marah anda..!
Nah
demikianlah beberapa tips untuk menghilangkan marah, semoga ini dapat
bermanfaat bagi diri kita dan orang lain. Wasallam
0 comments:
Post a Comment
Silahkan beri komentar; terimah kasih atas kunjungannya...