pasang iklan
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Wednesday 17 December 2014

Berpegang Teguhlah Kepada Al Qur’an dan Sunnah



Memegang teguh Al Qur’an dan Sunnah merupakan konsep dasar yang terpenting dalam mempersiapkan keimanan seseorang, karena konsep dasar inilah yang akan mengarahkan perjalanan pergerakan Islam mencapai tujuannya berdasarkan tuntunan syari’at dan melindunginya dari kesesatan dan penyimpangan yang sering terjadi dalam pergerakan yang mengatasnamakan islam.
Umat Islam telah ternoda dengan munculnya para ahli mantiq dan filsafat yang telah menerjemahkan buku-buku  Yunani kemudian di campur adukkan dengan Al Qur’an,sehingga mereka berpaling dari ayat-ayat Allah subhanahuwata’ala mengikuti akal dan hawa nafsunya. Maka dengan demikian mereka telah menumpahkan musibah yang sangat besar terhadap Islam.
Disamping itu muncul pula pendapat serta tulisan-tulisan yang menganggap bahwa Al Qur’an dan Sunnah sudah ketinggalan zaman. Orang-orang yang berpegang teguh dengannya adalah orang yang kolot, ekstrim dan berbagai macam tuduhan-tuduhan dusta yang mengarah pada upaya untuk meninggalkan Al Qur’an dan Sunnah. Ada juga yang memahami Al Qur’an dengan pemahamannya yang keliru yaitu Al Qur’an di pahami sesuai dengan dengan hawa nafsunya.
“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan- ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.” (QS. At Taubah: 32)
Memegang teguh Al Qur’an dan As Sunnah merupakan merupakan konsep dasar Ahlus Sunnah Walja’ah, karena mereka adalah golongan yang selamat yang di sebutkan dalam sabda Nabi salallahu’alaihi wasallam:
“Sesungguhnya umat(ku) ini akan terpecah belah menjadi 71 golongan semuanya akan masuk neraka kecuali satu yaitu Al Jama’ah” (HR. Ibnu Abi ‘Ashim dari Mu’awiyah dan di shahihkan oleh Al Albany)
Dan Imam Tirmidzi dan yang lainnya juga meriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash dengan sanad bersambung, Beliau bersabda:
“Sesungguhnya akan menimpa umatku sabagaimana apa yang menimpa bani Israil seperti sandal satu dengan pasangannya yang memilki ukuran yang sama, sehingga apabila ada diantara mereka yang menzinahi ibunya secara terang-terangan niscaya diantara umatku ada yang melakukan hal  itu. Sesungguhnya bani Israil terpecah belah menjadi 72 golongan dan umatku akan terpecah belah menjadi 73 golongan, semuanya masuk neraka kecuali satu golongan”. Para sahabat bertanya, “siapakah mereka wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab, “Mereka adalah orang yang seperti aku dan para sahabatku meniti di atasnya.” (Riwayat ini sanadnya lemah, dan karena di kuatkan dengan riwayat-riwayat yang lain menjadi hasan lighairihi)
Dan kedua hadits di atas adalah semakna, bahwa golongan yang selamat adalah golongan yang mengikuti tuntunan Rasulullah salallahu’alaihi wasallam dan para sahabatnya, mereka adalah golongan yang benar. Oleh karena itu jika kita hendak mencari jalan yang lurus dalam agama ini maka kita harus mengukur pendapat serta amalan-amalan yang kita kerjakan, apakah sesuai dengan Al Qur’an dan Sunnah ataukah tidak. Sebagaimana Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An Nur: 59)
Selain itu terdapat pula ancaman bagi orang-orang yang berpaling dari Al Qur’an dan Sunnah sebagaimana firman Allah subhanhu wata’ala:
“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan yang Maha Pemurah (Al Quran), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) Maka syaitan Itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Dan Sesungguhnya syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk.” (QS. Az zukhruf: 36-37)
Ibnu Rajab berkata: “Sungguh telah benar riwayat dari Ibnu Mas’ud ketika ia berkata: “Sesungguhnya kalian pada hari ini telah berada di atas Sunnah dan kalian akan melakukan bentuk amalan yang diada-adakan dan itu akan terjadi atas kalian, maka apabila kalian melihat sesuatu yang diada-adakan hendaklah kalian berpegang teguh (apa yang di pegang oleh generasi pertama)”
Semoga Allah subhanahu wata’ala memberikan anugerah kepada kaum muslimin untuk senantiasa konsisten diatas Al Qur’an dan Sunnah. Sesungguhnya memegang teguh Al Qur’an dan sunnah adalah satu-satu konsep yang menyebabkan agama ini terpelihara, sebagaimana yang di tempuh oleh generasi pertama dalam Islam. Mereka adalah Rasulullah salallahu’alaihi wasallam dan para sahabatnya.

Saturday 13 December 2014

Peningkatan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika melalui Pendekatan SAVI (Somatis, Auditory, Visual dan Intelektual)


Tidak semua metode belajar dapat mewakili wahana pencapaian tujuan pendidikan. Semua pemakainya ditentukan oleh sifat tujuan dan isi materi yang akan diajarkan. Dalam kenyataannya banyak kelemahan dan hambatan pembelajaran terjadi di kelas antara guru siswa ataupun antara siswa, hasil penelitian yang dilakukan Meier (2002:104) menunjukan hambatan dan kelemahan tersebut terjadi pada tahap persiapan ( preparation ), penyampaian       ( presentation ), pelatihan ( practice ) dan penampilan hasil  ( performance ). Untuk mengatasi kelemahan dan hambatan tersebut maka dalam setiap tahap pembelajaran tersebut dapat menerapkan pendekatan belajar “ SAVI “ yaitu somatis, auditory, visual dan intelektual ada dalam setiap peristiwa pembelajaran.
Belajar somatis berarti belajar dengan menggunakan indra peraba, kinestis, serta melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar. Jadi untuk merangsang hubungan pikiran-tubuh, ciptakanlah suasana belajar yang dapat membuat orang bangkit dan berdiri dari tempat duduk dan aktif secara fisik dari waktu ke waktu
Belajar auditory berarti belajar dengan berbicara dan mendengar. Dalam merancang pembelajaran matematika yang menarik bagi saluran auditory yang kuat dalam diri siswa carilah cara untuk mengajak mereka membicarakan apa yang sedang mereka pelajari. Mintalah siswa membaca dengan keras secara dramatis dalam menceritakannya. Ajak siswa berbicara saat mereka memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan pengalaman kerja, atau menciptakan makna-makna pribadi bagi diri mereka sendiri.
Belajar visual berarti belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Kebanyakan siswa akan lebih muda belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan, lebih-lebih dalam belajar matematika akan lebih muda jika siswa dapat melihat contoh-contoh dari dunia nyata seperti diagram, peta dan gambaran dari segala hal yang dipelajari. Teknik lain yang biasa dilakukan seorang guru, terutama orang-orang dengan keterampilan visual yang kuat, adalah meminta mereka mengamati situasi dunia nyata lalu memikirkan serta membicarakan situasi itu, menggambarkan proses, prinsip atau makna yang dicontohkan. 
Belajar intelektual berarti belajar dengan memecahkan masalah dan merenungi. Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk berpikir, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru dan belajar ( Meier, 2002 : 99 ).intelektual menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional dan intuitif tubuh untuk membuat makna baru bagi dirinya. Aspek intelektual dalam belajar akan terlatih jika guru mengajak siswa terlibat dalam aktivitas pembelajaran seperti memecahkan masalah, membuat kesimpulan dalam pembelajaran matematika.

Untuk lebih jelas dwonload skripsinya "Peningkatan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika melalui Pendekatan SAVI (Somatis, Auditory, Visual dan Intelektual)"

Klik linknya

Tuesday 9 December 2014

Efektivitas Otak Bekerja 50 Menit



Otak layaknya tubuh, juga memerlukan istrahat. Paling tidak dalam sehari semalam enam hingga delapan jam. Di luar jam tersebut, otak bisa  digunakan. Lantas bagaimana dengan jadwal kuliah yang padat?
Spesialis saraf RS Wahidin Sudirohusodo (RSWS) dr. Muhammad Akbar, SpS, PhD menuturkan efektivitas otak seseorang adalah 50 menit. Setelah itu diistrahatkan lima hingga sepuluh menit.
“Kuliah biasanya 50 menit, setelah itu ada sedikit jeda sebelum pergantian dosen. Jadi tidak ada masalah,” ungkapnya.
Lebih jauh Akbar menuturkan, daya konsentrasi maksimal setiap orang juga berbeda. Tapi umumnya adalah 50 menit. Dipaparkannya juga, kerja otak terbaik adalah di pagi hari. Ia menganjurkan, seseorang agar belajar di pagi hari.
“Yang paling baik itu subuh hingga pukul sembilan pagi. Pada jam-jam ini konsentrasi dan daya tangkap otak lebih maksimal,” katanya.
Terakhir dikatakannya, untuk menjaga otak sebaiknya didukung oleh pola makan yang sehat. Kebutuhan nutrisi seimbang tercukupi. Yang paling penting mengkonsumsi makanan yang mengandung omega 3 yang banyak bersumber dari ikan [Fajar].

Friday 5 December 2014

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Realistik Setting Kooperatif



Realistic Mathematics Education (RME) adalah suatu pendekatan belajar matematika yang dikembangkan di Netherland (Belanda) pada tahun 1970 oleh Institut Frendenthal. Frendenthal (Hamzah, 2004:27) mengatakan bahwa matematika sebagai aktifitas manusia dan oleh karena itu matematika harus dihubungkan dengan realitas dalam kehidupan sehari-hari, berarti matematika harus dekat dengan siswa dan relevan dengan kehidupan nyata. Slavin (Sofa, 2008 : 6) menegaskan bahwa teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka. Hal ini berarti bahwa anak-anak mengkonstruksi pengetahuan secara terus menerus dengan mengasimilasi dan mengakomodasi informasi-informasi baru. 
Belajar matematika merupakan suatu aktivitas yang pembelajarannya tidak harus dimulai dari bentuk matematika yang formal dengan menggunakan berbagai algoritma dan ketentuan melainkan konsep matematika harus dimunculkan berdasarkan realistik dan sesuai dengan pengetahuan prasyarat yang dimiliki siswa. Dathin (2004:5) matematika merupakan ilmu yang seyogyanya tidak diajarkan kepada siswa sebagai suatu hasil yang langsung jadi, tetapi matematika sebaiknya dipelajari siswa melalui penemuan terbilang yang dilakukan siswa dalam pembelajaran matematika realistik yaitu agar memberikan kesempatan yang leluasa kepada siswa untuk menemukan sendiri atau mengkonstruk konsep-konsep matematika dengan menyelesaikan sebagai masalah konseptual.

Untuk lebih jelas dwonload skripsinya "Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Realistik Setting Kooperatif"

Klik linknya

 

Area Backlink

Mau bertukar link? Masukan Link Blogku ke blog kamu Kemudian masukan nama/web dan url blog kamu pada kotak yang tersedia di bawah, lalu tekan enter. Active Search Results
Klik tanda SUKA pada Cahaya Islam, untuk mengetahui postingan terbaru blog ini dari facebookmu

Kunjungan Ke

Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes