Anak adalah nikmat, didalam Al Qur’an di sebutkan bahwa anak merupakan kecenderungan syahwat yang kedua setelah kecenderungan kepada wanita. Sebagaimana Allah Subhanahu wata’ala berfirman:
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak[186] dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali Imran: 14)
Anak adalah amanat dari Allah, maka hendaknya bagi setiap orang tua untuk memperhatikan dan menjaga perkembangan anak-anaknya, karena di akhirat kelak ia akan di mintai pertanggungjawabannya. Di akhirat kelak ada orang tua yang terhalang masuk kedalam Syurga di sebabkan karena anaknya yaitu ketika anaknya menjadi anak yang jahat dan ada juga orang tua yang masuk kedalam Syurga di sebabkan karena anaknya yaitu ketika anak tersebut menjadi anak yang shaleh yang senantiasa mendoakannya. Maka beruntunglah orang tua yang memiliki anak-anak yang shaleh.
Shaleh dan tidaknya, baik dan buruknya akhlak seorang anak sebagian besar tergantung dari pendidikan yang ia terima dari orang tuanya, sebagaimana Rasulullah salallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Setiap anak Adam lahir dalam keadaan fitrah maka orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani atau Majusi”
Rasulullah salallahu’alaihi wasallam tidak menyebutkan temannyalah yang akan merubahnya dan juga tidak menyebutkan lingkungannya, walaupun ini adalah salah-satu faktor yang juga dapat merubah tabiat si anak. Namun Rasulullah salallahu’alaihi wasallam menyebutkan bahwa orang tuanyalah yang memiliki peranan yang sangat besar dalam menentukan perkembangan dan perilaku anaknya.
Setiap orang pasti sangat mendambakan kelak anaknya adalah anak yang shaleh. Maka ada beberapa yang harus di tempuh bagi calon orang tua untuk mendapatkan anak yang shaleh di antaranya sebagai berikut:
1. Mencari Istri yang shalehah
Seorang lelaki ketika mencari istri hendaklah mencari wanita yang shalehah dan jika dia seorang wanita maka hendaknya dia menjadi wanita yang shalehah. Rasulullah salallahu’alaihi wasallam bersabda bahwa wanita itu di nikahi karena empat hal yaitu karena kecantikannya, keturunannya, hartanya dan agamanya maka pilihlah agamanya.
Seorang ibu memiliki peranan yang sangat besar dalam membentuk kepribadian seorang.anak Sebabnya adalah karena ibu biasanya lebih banyak berinteraksi dengan anaknya daripada ayahnya. Sejarah telah membuktikan bahwa orang-orang besar dalam Islam itu kebanyakan berasal dari rahim seorang ibu yang shalehah
Seorang salaf berkata kepada : “Wahai anakku janganlah kecantikan wanita itu membuatmu lupa menelusuri asal usulnya dan nasabnya karena sesungguhnya menikahi wanita yang mulia itu adalah tangga menuju kemuliaan.”
Abdul Aswad Ad Duali: “Berkata kepada anak-anaknya aku telah berbuat yang terbbaik untuk kalian pada waktu kalian kecil, pada waktu kalian dewasa dan pada waktu kalian belum lahir, maka anaknya menjawab: wahai ayah bagaimana bisa demikian? Maka ayahnya menjawab: saya berbuat baik kepada kalian sebelum kalian lahir adalah karena saya memilihkan kepada kalian ibu yang tidak pernah kalian cela.”
2. Banyak berdoa
Setelah memilih istri yang shalehah maka hendaklah banyak berdoa agar di berikan anak yang shaleh. Sebagaimana Nabi Zakariyya alaihissalam berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala:
“Dan Sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku[898] sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, Maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera, Yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub; dan Jadikanlah ia, Ya Tuhanku, seorang yang diridhai.” (QS. Maryam: 5-6)
Sudah di maklumi bahwa seshaleh apapun kedua orang tuanya, semua itu tidaklah akan bermanfaat jika bukan karena kehendak Allah subhanahu wata’ala. Maka dari itu berdoalah sebagaimana Nabi Zakariyya alaihissalam berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala.
3. Gembira dengan kelahiran anaknya
Hendaknya orang tua bergembira menyambut kelahiran anak jangan sampai ada perasaan benci, sebagaimana orang-orang jahiliyyah yang jika di kabarkan kepadanya bahwa anaknya yang lahir adalah anak perempuan, maka mereka menjadi marah dan malu menahan aib. Anak merupakan nikmat dan anugrah dari Allah subhanahu wata’ala, sejelek apapun anak itu. Apakah anak itu cacat, hidungnya terlalu mancung kedalam dan semisalnya . itu semua tetap anugerah dari Allah subhanahu wata’ala yang harus senantiasa di syukuri bukan di kufuri.
4. Memberikan nama yang baik
Hendaknya orang tua memberi nama yang baik kepada anaknya. Karena nama itu adalah doa dan harapan dari orang tua. Oleh karena itu nama juga terkadang memberikan pengaruh terhadap karakter si anak. Ibnu Qayyim rahimahullah berkata: “Jarang anda mendapatkan nama yang buruk melainkan nama itu melekat pada orang yang buruk pula dan Allah subhanahu wata’ala dengan hikmahnya yang terkandung dalam Qada’ dan Qadhar memberikan ilham kepada jiwa-jiwa untuk meletakkan nama-nama kepada yang punya. Kemudian beliau bertanya kepada gurunya (Ibnu Taimiyah) maka beliau menjawab: “Saya juga sering megalaminya”. Kemudian beliau berkata bahwa: “Akhlak, amalan dan perbuatan yang buruk menuntut nama yang sesuai. Sebagaimana Rasulullah salallahu’alaihi wasallam di namakan Muhammad dan Ahmad karena sifat-sifatnya yang terpuji sesuai dengan namanya bahkan beliau adalah pembawa panji alhamdu. Pemilik nama yang baik terkadang akan menimbulkan rasa malu kepada pemilknya untuk berbuat yang tidak baik dan mendorongnya untuk berbuat yang sesuai dengan namanya.”
Kata syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullah: “Dosa-dosa ada jalan keluar untuk di ampuni tetapi ada satu dosa yang susah untuk di hilangkan yaitu dosa nama yang jelek.”
Maka adalah merupakan musibah bagi sebagian umat Islam di zaman sekarang ini yang memberikan nama kepada anaknya dengan nama-nama yang tidak memiliki arti bahkan menyerupai nama orang-orang kafir. sehingga ada sebagian remaja umat ini yang dengan begitu bangganya mengganti namanya dengan nama-nama orang-orang kafir. Walaupun itu cuman sekedar nama samaran, namun itu sudah menunjukkan bagaimana umat Islam lebih bangga menggunakan atribut kuffar ketimbang atribut yang Islami.
5. Memberikan contoh yang baik kepada anak
Tabiat anak biasa suka meniru apa yang ada di sekitarnya atau apa yang sering di lihatnya, terutama ketika dia masih kanak-kanak. Maka sebaiknya orang tua juga memperlihatkan contoh yang baik kepadanya. Oleh karena jangan pernah berharap akan mendapatkan anak yang shaleh sedangkan kita sendiri tidak bisa menjadi orang tua shaleh. Sehingga benarlah kata pepatah yang mengatakan: “Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”
6. Mengajarkan agama kepada anak
Yang harus di persiapkan bagi seseorang sebelum dia berumah tangga adalah ilmu Syar’i (agama). Sehingga ketika telah berumah tangga dia mampu mewarnai kehidupan rumah tangganya dengan suasana yang Islami. Mengajarkan Islam kepada anak-anaknya, mengajarkan bagaimana hakekat Islam yang sesungguhnya, dan menyuruh anak-anaknya untuk senantiasa taat kepada Allah subhanahu wata’ala.
Nah dari keluarga inilah di harapkan akan tumbuh seorang anak shaleh. Tentunya semua itu adalah atas kehendak Allah subhanahu wata’ala. Hanya kepadaNyalah kita senantiasa bertawakkal.