pasang iklan
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Thursday 19 September 2013

Anas Bin Malik Sahabat Ketiga yang Terbanyak Meriwayatkan Hadits



Usia Anas masih sangat muda, ketika ibunya Al Ghumaisha’ (ada yang berkata bahwa nama ibu Anas adalah Rumaisha’ atau Ghumaisha’ padahal yang rajih adalah bahwa keduanya merupakan julukan baginya) mentalqinkannya dengan dua kalimat syahadat. Ibunya mengisi hatinya yang bersih dengan kecintaan kepada Nabiyul Islam Muhammad bin Abdullah salallahu’alaihi wasalam.
Maka dibenak Anas pun mulai tumbuh rasa cinta kepada Rasulullah salallahu’alaihi wasalam sekalipun dia  belum pernah bersua dengan Nabi mulia tersebut dan hanya mendengar kisah beliau sebatas dari orang ke orang. Tidak mengherankan, karena terkadang telinga lebih dahulu merindukan sesuatu daripada mata.
Betapa seringnya Anas kecil berangan bisa berkelana menemui Nabinya di Makkah atau beliau salallahu’alaihi wasallam bisa datang kepada mereka di Yastrib sehingga dia bisa berbahagia karena bisa melihatnya dan tentram bertemu dengannya.
Angan-angan itu dalam waktu dekat ternyata telah berubah menjadi kenyataan, Yastrib membanggakan dan berbahagia mendengar bahwa Nabi salallahu’alaihi wasalam dan sahabatnya As Shiddiq dalam perjalanan ke arahnya. Maka keceriaan memenuhi semua rumah dan kebahagian menyelimuti semua hati.
Mata dan hati bergayut dengan jalan yang penuh berkah, jalan yang membawa langkah Nabi salallahu’alaihi wasalam dan sahabatnya ke Yastrib. Anak-anak muda bergumam setiap cahaya pagi bersinar, Muhammad telah datang. Maka Anas bersam anak-anak kecil lainnya berlari-lari hendak menyambutnya, namun dia tidak melihat siapapun, dia pulang dengan sedih lagi kecewa.
Di suatu pagi yang indah yang penuh asa dan keceriaan yang semerbak, orang-orang Yastrib pun berbisik satu sama lain: “Muhammad dan sahabatnya telah berjalan mendekati Madinah.”
Maka orang banyak pun berhamburan ke jalan-jalan yang penuh berkah, jalan yang membawa Nabi petunjuk dan kebaikan kepada mereka. Mereka berbondong-bondong menyambut kedatangan beliau secara bergelombang. Kelompok demi kelompok, di sela-sela mereka ada sekumpulan anak-anak yang tak kalah bersemangat, wajah-wajah mereka di hiasi kebahagiaan dan menyatu dengan hati kecil mereka serta yang penuh suka cita memenuhi jiwa mereka yang jernih. Di barisan depan anak-anak tersebut adala Anas bin Malik Al Anshari.
Rasulullah salallahu’alaihi wasalam dan sahabatnya Ash Shiddiq datang, keduanya berjalan diatara kumpulan orang-orang dewasa dan anak-anak dalam rombongan yang besar.
Adapun kaum wanita dan gadis-gadis remaja yang biasa tinggal di rumah maka mereka naik keatap-atap rumah, mereka ingin melihat Rasulullah salallahu’alahi wasallam seraya bergumam: “Yang mana dia? Yang mana dia?”
Hari itu adalah hari yang tidak terlupakan. Anas bin Malik senantiasa mengingatnya sampai dia berumur 100 tahun lebih. Tidak lama setelah Rasulullah salallahu’alahi wasallam tinggal di Madinah, Al Ghumaisha’ binti Milhan, datang kepada beliau dengan di sertai Anas anak laki-lakinya yang masih kanak-kanak, anak laki-laki itu berlarian di depan ibunya dengan ujung rambut yang jatuh di keningnya.
Al Ghumaisha’ mengucapkan salam kepada Nabi salallahu’alahi wasallam dan dia berkata: “Ya Rasulullah, semua laki-laki dan wanita dari Anshar telah memberimu hadiah, tetapi aku tidak mempunyai apapun yang bisa aku jadikan hadiah untukmu selain anak laki-lakiku ini. Terimalah dia, dan dia akan berkhidmat kepadamu sesuai dengan apa yang engkau inginkan.”
Nabi salallahu’alahi wasallam bahagia, beliau memandang anak muda ini dengan wajah berseri-seri, beliau mengusap kepalanya dengan tangan beliau yang mulia, menyentuh ujung rambutnya dengan jari-jemari beliau yang lembut dan beliau menganggapnya sebagai keluarga.
Anas bin Malik atau Unais (anak kecil), begitu terkadang mereka memanggilnya sebagai ungkapan sayang kepadanya, berumur 10 tahun manakala ia berbahagia bisa berkhidmat untuk Rasulullah salallahu’alahi wasallam.
Anas radhiallahu’anhu hidup di samping Nabi salallahu’alahi wasallam dan berada di bawah bimbingan beliau sampai Nabi salallahu’alahi wasallam berpulang ke Rafiq al A’la yaitu selama kurang lebih 10 tahun. Selama itu Anas memperoleh bimbingan dari Nabi salallahu’alahi wasallam yang dengannya dia menyucikan jiwanya, memahami hadits beliau yang memenuhi dadanya, mengenal akhlak beliau yang agung, rahasia-rahasia dan sifat-sifat terpuji beliau yang tidak dikenal oleh orang lain.
Anas bin Malik mendapatkan perlakuan yang mulia dari Rasulullah salallahu’alahi wasallam yang tidak diperoleh oleh seorang anak dari bapaknya. Megenyam keluhuran perangai Rasulullah salallahu’alahi wasallam dan agungnya sifat-sifatnya yang membuat  dunia patut untuk iri kepadanya.
Biarkanlah Anas sendiri yang menyampaikan sebagian lembaran cemerlang dari perlakuan mulia yang dia dapatkan di bawah naungan seorang nabi yang pemurah dan berhati mulia, karena Anas lebih tahu tentangnya dan lebih berhak untuk menceritakannya.
Anas bin Malik berkata: “Rasulullah salallahu’alahi wasallam adalah orang yang paling baik akhlaknya, paling lapang dadanya, dan paling besar kasih sayangnya. Suatu hari beliau mengutusku untuk suatu keperluan, aku berangkat, tetapi aku menuju anak-anak yang sedang bermain di pasar dan bukan melaksanakan tugas Rasul salallahu’alahi wasallam, aku ingin bermain bersama mereka, aku tidak pergi menunaikan perintah Rasulullah salallahu’alahi wasallam. Beberapa saat setelah berada di tengah-tengah anak-anak itu, aku merasa seseorang berdiri di belakangku dan memegang bajuku. Aku menoleh, ternyata dia adalah Rasulullah salallahu’alahi wasallam dengan tersenyum, beliau bersabda: “Wahai Unais, apakah kamu telah pergi seperti apa yang aku perintahkan?” maka akupun menjadi salah tingkah, aku menjawab: “Ya, sekarang aku akan berangkat Rasulullah.”
Demi Allah, aku telah berkhidmat kepada beliau selama 10 tahun, beliau tidak pernah berkata untuk sesuatu yang aku lakukan: “Mengapa kamu melakukan ini?” beliau tidak pernah berkata untuk sesuatu yang aku tinggalkan: “Mengapa kamu tinggalkan ini?”
Bila Rasulullah salallahu’alahi wasallam memanggil Anas, terkadang beliau memanggilnya dengan Unais sebagai ungkapan cinta dan kasih sayang, dan dilain waktu Nabi salallahu’alahi wasallam memanggilnya: “Wahai anakku.”
Nabi salallahu’alahi wasallam memberikan nasehat-nasehat dan petuah-petuah beliau yang memenuhi hati dan jiwanya. Diantara nasehat-nasehat itu adalah sabda Nabi kepadanya:
“Wahai anakku, jika kamu mampu mendapatkan pagi dan petang sementara hatimu tidak membawa kebencian kepada seseorang maka lakukanlah wahai anakku, sesungguhnya hal itu termasuk sunnahku, barangsiapa yang menghidupkan sunnahku maka dia menyintaiku…Barangsiapa menyintaiku maka berarti dia bersamaku di Surga…Wahai anakku jika kamu masuk kepada keluargamu maka ucapkanlah salam, karena itu merupakan keberkahan bagimu dan keluargamu.”
Anas bin Malik hidup setelah Rasulullah salallahu’alahi wasallam wafat selama 80 tahun lebih, selama itu Anas mengisi dada umat dengan ilmu Rasulullah salallahu’alahi wasallam yang agung dan menumbuhkan akal pikiran mereka dengan fikih kenabian.
Selama itu Anas menghidupkan hati umat dengan dengan petunjuk Nabi salallahu’alahi wasallam yang dia sebarkan diantara para sahabat dan tabi’in, dengan sabda-sabda Rasulullah salallahu’alahi wasallam yang berharga dan perbuatan-perbuatan beliau yang dia terbarkan diantara manusia.
Dengar umurnya yang panjang, Anas menjadi rujukan bagi kaum muslimin dimasa hidupnya, mereka bertanya kepadanya setiap mereka dihadang oleh perkara penting dan setiap kali pemahaman mereka tidak menjangkau sebuah hukum.
Diantaranya, sebagian orang-orang yang gemar berdebat dalam agama berselisih tenatang haudh (telaga) Nabi salallahu’alahi wasallam dihari kiamat, maka mereka bertanya kepada Anas tentang hal itu, Anas pun berkata: “Aku tidak pernah menyangka akan bisa hidup sehingga aku melihat orang-orang seperti kalian yang berdebat dalam perkara telaga Nabi salallahu’alahi wasallam, sungguh aku telah meninggalkan wanita-wanita tua di belakangku, setiap mereka tidak melakukan shalat kecuali dia memohon kepada Allah agar memberinya minum dari telaga Nabi salallahu’alahi wasallam.”
Anas bin Malik terus hidup bersama kenangannya bersama Rsulullah salallahu’alahi wasallam selama kehidupan berlangsung. Dia sangat bahagia pada hari pertemuannya dengan beliau, sangat bersedih dihari perpisahannya dengan beliau, sangat sering mengulang-ulang sabda beliau.
Dia sangat sungguh-sungguh untuk mengikuti beliau  dalam sabda-sabdanya dan perbuatan-perbuatan beliau, menyintai apa yang beliau cintai, membenci apa yang beliau benci. Dua hari yang paling diingat Anas dalam hidupnya, Hari pertemuannya dengan Nabi salallahu’alahi wasallam dan hari perpisahannya dengan beliau salallahu’alahi wasallam.
Bila Anas teringat hari pertama maka dia berbahagia dan bersuka cita, namun jika hari kedua terlintas dibenaknya maka dia menangis berduka, membuat orangg-orang yang disekelilingnya ikut menangis. Anas sering berkata: “Sungguh aku telah melihat hari ketika Rasulullah salallahu’alahi wasallam dating kepada kami dan aku juga melihat hari dimana Rasulullah salallahu’alahi wasallam meninggalkan kami. Aku tidak melihat dua hari yang menyerupai keduanya. Hari kedatangan beliau salallahu’alahi wasallam di Madinah, segala sesuatu disana bercahaya. Tetapi hari dimana Rasulullah salallahu’alahi wasallam hampir menghadap kepa Rabbnya, segala sesuatunya terasa gelap gulita.”
Pandangan terakhirku kepada beliau terjadi dihari Senin ketika kain penutup kamar beliau dibuka, aku melihat wajah beliau seperti kertas mushaf, pada saat itu orang banyak sedang beridiri di belakang Abu Bakar radhiallahu’anhum melihat kepada beliau, mereka hampir saja bubar, namun Abu Bakar radhiallahu’anhu member isyarat kepada mereka agar tetap berada di tempat.
Kemudian Rasulullah salallahu’alaihi wasallam wafat dipagi hari itu, kami tidak melihat suatu pemandangan yang paling kami kagumi daripada wajah beliau manakala kami memasukkan tanah ke kuburan beliau.
Rasulullah salallahu’alahi wasallam berdoa untuk Anas bin Malik lebih dari sekali. Diantara doa Nabi salallahu’alahi wasallam untuknya:
“Ya Allah, limpahkanlah harta dan anak kepadanya, berkahilah dia padanya.”
Allah ta’ala mengabulkan doa Nabi salallahu’alahi wasallam. Anas radiallahu’anhu menjadi orang Anshar yang paling banyak hartanya, paling banyak keturunannya, sampai-sampai ia melihat anak-anak dan keturunannya melebihi angka 100. Allah ta’ala memberkahi umurnya sehingga ia hidup sampai 103 tahun.
Anas sangat berharap mendapat syafaat  Nabi salallahu’alaihi wasallam di hari  kiamat, Anas sering berkata: “Sesungguhnya aku berharap bias bertemu Rasulullah salallahu’alahi wasallam di hari kiamat, lalu aku berkata kepada beliau: “Aku adalah pelayan kecilmu, Unais.”
Ketika Anas sakit yang dalam sakitnya ini ia meninggal, dia berkata kepada keluarganya: “Talqinkan aku dengan laa ilaha illallah Muhammadur Rasulullah.” Maka Anas radhiallahu’anhu senantiasa mengucapkannya sampai dia meninggal. Anas memwasiatkan agar mengubur tongkat kecil milik Rasulullah salallahu’alahi wasallam bersamanya, maka tongkat itu diletakkan di sampingnya.
Selamat untuk Anas bin Malik Al Anshari radiallahu’anhu yang telah mendapatkan limpahan kebaikan dari Allah salallahu’alahi wasallam. Dia hidup dalam bimbingan Rasulullah salallahu’alahi wasallam yang agung selama 10 tahun sempurna. Dia adalah orang ketiga setelah Abu Hurairah dan Abudullah bin Umar dalam meriwayatkan hadits Rasulullah salallahu’alahi wasallam.
Semoga Allah membalasnya dan membalas ibunya atas apa yang dia berikan untuk Islam dan kaum muslimin dengan sebaik-sebaik balasan.

0 comments:

Post a Comment

Silahkan beri komentar; terimah kasih atas kunjungannya...

 

Area Backlink

Mau bertukar link? Masukan Link Blogku ke blog kamu Kemudian masukan nama/web dan url blog kamu pada kotak yang tersedia di bawah, lalu tekan enter. Active Search Results
Klik tanda SUKA pada Cahaya Islam, untuk mengetahui postingan terbaru blog ini dari facebookmu

Kunjungan Ke

Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes