pasang iklan
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Showing posts with label Kisah Sahabat. Show all posts
Showing posts with label Kisah Sahabat. Show all posts

Saturday 21 December 2013

Said Bin Amir Al Jumahi Laki-Laki Yang Membeli Akhirat dengan Dunia



Anak muda ini, Said bin Amir adalah satu dari ribuan orang yang keluar dari wilayah Tan’im di luar Mekkah atas undangan para pemuka Quraisy untuk menyaksikan pelaksanaan hukuman mati atas Khubaib bin Adi, salah seorang sahabat Muhammad setelah mereka menangkapnya dengan licik.
Sebagai pemuda yang kuat dan tangguh, Said mampu bersaing dengan orang-orang yang lebih tua umurnya untuk berebut tempat duduk sejajar diantara para pemuka Quraisy seperti Abu Sufyan bin Harb, Shafwan bin Umayyah dan lain-lain yang menyelenggarakan acara tersebut.
Semua itu membuka jalan baginya untuk menyaksikan tawanan Qurasy tersebut terikat dengan tambang, sementara tangan anak-anak, para pemuda dan kaum wanita mendorong-dorongnya keperalatan kematian dengan kuatnya, mereka ingin melampiaskan dendam kesumat terhadap Muhammad salallahu’alaihi wasallam melalui Khubaib, membalas kematian orang-orang mereka yang terbunuh di Badar dengan membunuh Khubaib.
Manakala rombongan orang dalam jumlah besar dengan seorang tawanan mereka telah tiba di tempat yang telah di sediakan untuk membunuhnya, si anak muda Said bin Amir berdiri tegak memandang Khubaib sedang digiring ke tiang salib. Said mendengar suara Khubaib diantara teriakan wanita dan anak-anak, dia mendengarnya berkata: “Bila kalian berkenan membiarkanku shalat dua rakaat sebelum aku di bunuh?”
Said melihat Khubaib, menghadap kiblat, shalat dua rakaat, dua rakaat yang sangat baik dan sangat sempurna.
Said melihat Khubaib menghadap para pembesar Quraisy dan berkata: “Demi Allah, kalau aku tidak khawatir kalian akan menyangka aku memperlama shalat karena takut mati niscaya aku memperbanyak lagi shalatku.”
Kemudian Said melihat kaumnya dengan kedua mata kepalanya mencincang jasad Khubaib sepotong demi sepotong padahal Khubaib masih hidup, sambil berkata: “Apakah kamu ingin agar Muhammad ada di tempatmu ini sedangkan kamu selamat.”
Khubaib menjawab sementara darah masih menetes dari jasadnya: “Demi Allah aku tidak ingin berada diantara keluarga dan anak-anakku dalam keadaan aman dan tenang sementara Muhammad tertusuk oleh sebuah duri.”
Maka orang banyakpun mengangkat tangan mereka  tinggi-tinggi keudara, teriakan mereka gegap gempita menggema di langit.
Di saat itu Said bin Amir melihat Khubaib mengangkat pandangannya ke langit dari atas tiang salib dan berkata: “Ya Allah, balaslah mereka satu persatu, bunuhlah mereka sampai habis dan jangan biarkan seorangpun diantara mereka hidup dengan aman.”
Akhirnya Khubaibpun menghembuskan nafas terakhirnya, dan tidak ada seorangpun yang mampu melindunginya dari tebasan dan tusukan tombak orang-orang kafir.

Thursday 19 September 2013

Anas Bin Malik Sahabat Ketiga yang Terbanyak Meriwayatkan Hadits



Usia Anas masih sangat muda, ketika ibunya Al Ghumaisha’ (ada yang berkata bahwa nama ibu Anas adalah Rumaisha’ atau Ghumaisha’ padahal yang rajih adalah bahwa keduanya merupakan julukan baginya) mentalqinkannya dengan dua kalimat syahadat. Ibunya mengisi hatinya yang bersih dengan kecintaan kepada Nabiyul Islam Muhammad bin Abdullah salallahu’alaihi wasalam.
Maka dibenak Anas pun mulai tumbuh rasa cinta kepada Rasulullah salallahu’alaihi wasalam sekalipun dia  belum pernah bersua dengan Nabi mulia tersebut dan hanya mendengar kisah beliau sebatas dari orang ke orang. Tidak mengherankan, karena terkadang telinga lebih dahulu merindukan sesuatu daripada mata.
Betapa seringnya Anas kecil berangan bisa berkelana menemui Nabinya di Makkah atau beliau salallahu’alaihi wasallam bisa datang kepada mereka di Yastrib sehingga dia bisa berbahagia karena bisa melihatnya dan tentram bertemu dengannya.
Angan-angan itu dalam waktu dekat ternyata telah berubah menjadi kenyataan, Yastrib membanggakan dan berbahagia mendengar bahwa Nabi salallahu’alaihi wasalam dan sahabatnya As Shiddiq dalam perjalanan ke arahnya. Maka keceriaan memenuhi semua rumah dan kebahagian menyelimuti semua hati.
Mata dan hati bergayut dengan jalan yang penuh berkah, jalan yang membawa langkah Nabi salallahu’alaihi wasalam dan sahabatnya ke Yastrib. Anak-anak muda bergumam setiap cahaya pagi bersinar, Muhammad telah datang. Maka Anas bersam anak-anak kecil lainnya berlari-lari hendak menyambutnya, namun dia tidak melihat siapapun, dia pulang dengan sedih lagi kecewa.
Di suatu pagi yang indah yang penuh asa dan keceriaan yang semerbak, orang-orang Yastrib pun berbisik satu sama lain: “Muhammad dan sahabatnya telah berjalan mendekati Madinah.”
Maka orang banyak pun berhamburan ke jalan-jalan yang penuh berkah, jalan yang membawa Nabi petunjuk dan kebaikan kepada mereka. Mereka berbondong-bondong menyambut kedatangan beliau secara bergelombang. Kelompok demi kelompok, di sela-sela mereka ada sekumpulan anak-anak yang tak kalah bersemangat, wajah-wajah mereka di hiasi kebahagiaan dan menyatu dengan hati kecil mereka serta yang penuh suka cita memenuhi jiwa mereka yang jernih. Di barisan depan anak-anak tersebut adala Anas bin Malik Al Anshari.
Rasulullah salallahu’alaihi wasalam dan sahabatnya Ash Shiddiq datang, keduanya berjalan diatara kumpulan orang-orang dewasa dan anak-anak dalam rombongan yang besar.
Adapun kaum wanita dan gadis-gadis remaja yang biasa tinggal di rumah maka mereka naik keatap-atap rumah, mereka ingin melihat Rasulullah salallahu’alahi wasallam seraya bergumam: “Yang mana dia? Yang mana dia?”
Hari itu adalah hari yang tidak terlupakan. Anas bin Malik senantiasa mengingatnya sampai dia berumur 100 tahun lebih. Tidak lama setelah Rasulullah salallahu’alahi wasallam tinggal di Madinah, Al Ghumaisha’ binti Milhan, datang kepada beliau dengan di sertai Anas anak laki-lakinya yang masih kanak-kanak, anak laki-laki itu berlarian di depan ibunya dengan ujung rambut yang jatuh di keningnya.
Al Ghumaisha’ mengucapkan salam kepada Nabi salallahu’alahi wasallam dan dia berkata: “Ya Rasulullah, semua laki-laki dan wanita dari Anshar telah memberimu hadiah, tetapi aku tidak mempunyai apapun yang bisa aku jadikan hadiah untukmu selain anak laki-lakiku ini. Terimalah dia, dan dia akan berkhidmat kepadamu sesuai dengan apa yang engkau inginkan.”
Nabi salallahu’alahi wasallam bahagia, beliau memandang anak muda ini dengan wajah berseri-seri, beliau mengusap kepalanya dengan tangan beliau yang mulia, menyentuh ujung rambutnya dengan jari-jemari beliau yang lembut dan beliau menganggapnya sebagai keluarga.
Anas bin Malik atau Unais (anak kecil), begitu terkadang mereka memanggilnya sebagai ungkapan sayang kepadanya, berumur 10 tahun manakala ia berbahagia bisa berkhidmat untuk Rasulullah salallahu’alahi wasallam.
Anas radhiallahu’anhu hidup di samping Nabi salallahu’alahi wasallam dan berada di bawah bimbingan beliau sampai Nabi salallahu’alahi wasallam berpulang ke Rafiq al A’la yaitu selama kurang lebih 10 tahun. Selama itu Anas memperoleh bimbingan dari Nabi salallahu’alahi wasallam yang dengannya dia menyucikan jiwanya, memahami hadits beliau yang memenuhi dadanya, mengenal akhlak beliau yang agung, rahasia-rahasia dan sifat-sifat terpuji beliau yang tidak dikenal oleh orang lain.
Anas bin Malik mendapatkan perlakuan yang mulia dari Rasulullah salallahu’alahi wasallam yang tidak diperoleh oleh seorang anak dari bapaknya. Megenyam keluhuran perangai Rasulullah salallahu’alahi wasallam dan agungnya sifat-sifatnya yang membuat  dunia patut untuk iri kepadanya.
Biarkanlah Anas sendiri yang menyampaikan sebagian lembaran cemerlang dari perlakuan mulia yang dia dapatkan di bawah naungan seorang nabi yang pemurah dan berhati mulia, karena Anas lebih tahu tentangnya dan lebih berhak untuk menceritakannya.
Anas bin Malik berkata: “Rasulullah salallahu’alahi wasallam adalah orang yang paling baik akhlaknya, paling lapang dadanya, dan paling besar kasih sayangnya. Suatu hari beliau mengutusku untuk suatu keperluan, aku berangkat, tetapi aku menuju anak-anak yang sedang bermain di pasar dan bukan melaksanakan tugas Rasul salallahu’alahi wasallam, aku ingin bermain bersama mereka, aku tidak pergi menunaikan perintah Rasulullah salallahu’alahi wasallam. Beberapa saat setelah berada di tengah-tengah anak-anak itu, aku merasa seseorang berdiri di belakangku dan memegang bajuku. Aku menoleh, ternyata dia adalah Rasulullah salallahu’alahi wasallam dengan tersenyum, beliau bersabda: “Wahai Unais, apakah kamu telah pergi seperti apa yang aku perintahkan?” maka akupun menjadi salah tingkah, aku menjawab: “Ya, sekarang aku akan berangkat Rasulullah.”
Demi Allah, aku telah berkhidmat kepada beliau selama 10 tahun, beliau tidak pernah berkata untuk sesuatu yang aku lakukan: “Mengapa kamu melakukan ini?” beliau tidak pernah berkata untuk sesuatu yang aku tinggalkan: “Mengapa kamu tinggalkan ini?”
Bila Rasulullah salallahu’alahi wasallam memanggil Anas, terkadang beliau memanggilnya dengan Unais sebagai ungkapan cinta dan kasih sayang, dan dilain waktu Nabi salallahu’alahi wasallam memanggilnya: “Wahai anakku.”
Nabi salallahu’alahi wasallam memberikan nasehat-nasehat dan petuah-petuah beliau yang memenuhi hati dan jiwanya. Diantara nasehat-nasehat itu adalah sabda Nabi kepadanya:
“Wahai anakku, jika kamu mampu mendapatkan pagi dan petang sementara hatimu tidak membawa kebencian kepada seseorang maka lakukanlah wahai anakku, sesungguhnya hal itu termasuk sunnahku, barangsiapa yang menghidupkan sunnahku maka dia menyintaiku…Barangsiapa menyintaiku maka berarti dia bersamaku di Surga…Wahai anakku jika kamu masuk kepada keluargamu maka ucapkanlah salam, karena itu merupakan keberkahan bagimu dan keluargamu.”
Anas bin Malik hidup setelah Rasulullah salallahu’alahi wasallam wafat selama 80 tahun lebih, selama itu Anas mengisi dada umat dengan ilmu Rasulullah salallahu’alahi wasallam yang agung dan menumbuhkan akal pikiran mereka dengan fikih kenabian.
Selama itu Anas menghidupkan hati umat dengan dengan petunjuk Nabi salallahu’alahi wasallam yang dia sebarkan diantara para sahabat dan tabi’in, dengan sabda-sabda Rasulullah salallahu’alahi wasallam yang berharga dan perbuatan-perbuatan beliau yang dia terbarkan diantara manusia.
Dengar umurnya yang panjang, Anas menjadi rujukan bagi kaum muslimin dimasa hidupnya, mereka bertanya kepadanya setiap mereka dihadang oleh perkara penting dan setiap kali pemahaman mereka tidak menjangkau sebuah hukum.
Diantaranya, sebagian orang-orang yang gemar berdebat dalam agama berselisih tenatang haudh (telaga) Nabi salallahu’alahi wasallam dihari kiamat, maka mereka bertanya kepada Anas tentang hal itu, Anas pun berkata: “Aku tidak pernah menyangka akan bisa hidup sehingga aku melihat orang-orang seperti kalian yang berdebat dalam perkara telaga Nabi salallahu’alahi wasallam, sungguh aku telah meninggalkan wanita-wanita tua di belakangku, setiap mereka tidak melakukan shalat kecuali dia memohon kepada Allah agar memberinya minum dari telaga Nabi salallahu’alahi wasallam.”
Anas bin Malik terus hidup bersama kenangannya bersama Rsulullah salallahu’alahi wasallam selama kehidupan berlangsung. Dia sangat bahagia pada hari pertemuannya dengan beliau, sangat bersedih dihari perpisahannya dengan beliau, sangat sering mengulang-ulang sabda beliau.
Dia sangat sungguh-sungguh untuk mengikuti beliau  dalam sabda-sabdanya dan perbuatan-perbuatan beliau, menyintai apa yang beliau cintai, membenci apa yang beliau benci. Dua hari yang paling diingat Anas dalam hidupnya, Hari pertemuannya dengan Nabi salallahu’alahi wasallam dan hari perpisahannya dengan beliau salallahu’alahi wasallam.
Bila Anas teringat hari pertama maka dia berbahagia dan bersuka cita, namun jika hari kedua terlintas dibenaknya maka dia menangis berduka, membuat orangg-orang yang disekelilingnya ikut menangis. Anas sering berkata: “Sungguh aku telah melihat hari ketika Rasulullah salallahu’alahi wasallam dating kepada kami dan aku juga melihat hari dimana Rasulullah salallahu’alahi wasallam meninggalkan kami. Aku tidak melihat dua hari yang menyerupai keduanya. Hari kedatangan beliau salallahu’alahi wasallam di Madinah, segala sesuatu disana bercahaya. Tetapi hari dimana Rasulullah salallahu’alahi wasallam hampir menghadap kepa Rabbnya, segala sesuatunya terasa gelap gulita.”
Pandangan terakhirku kepada beliau terjadi dihari Senin ketika kain penutup kamar beliau dibuka, aku melihat wajah beliau seperti kertas mushaf, pada saat itu orang banyak sedang beridiri di belakang Abu Bakar radhiallahu’anhum melihat kepada beliau, mereka hampir saja bubar, namun Abu Bakar radhiallahu’anhu member isyarat kepada mereka agar tetap berada di tempat.
Kemudian Rasulullah salallahu’alaihi wasallam wafat dipagi hari itu, kami tidak melihat suatu pemandangan yang paling kami kagumi daripada wajah beliau manakala kami memasukkan tanah ke kuburan beliau.
Rasulullah salallahu’alahi wasallam berdoa untuk Anas bin Malik lebih dari sekali. Diantara doa Nabi salallahu’alahi wasallam untuknya:
“Ya Allah, limpahkanlah harta dan anak kepadanya, berkahilah dia padanya.”
Allah ta’ala mengabulkan doa Nabi salallahu’alahi wasallam. Anas radiallahu’anhu menjadi orang Anshar yang paling banyak hartanya, paling banyak keturunannya, sampai-sampai ia melihat anak-anak dan keturunannya melebihi angka 100. Allah ta’ala memberkahi umurnya sehingga ia hidup sampai 103 tahun.
Anas sangat berharap mendapat syafaat  Nabi salallahu’alaihi wasallam di hari  kiamat, Anas sering berkata: “Sesungguhnya aku berharap bias bertemu Rasulullah salallahu’alahi wasallam di hari kiamat, lalu aku berkata kepada beliau: “Aku adalah pelayan kecilmu, Unais.”
Ketika Anas sakit yang dalam sakitnya ini ia meninggal, dia berkata kepada keluarganya: “Talqinkan aku dengan laa ilaha illallah Muhammadur Rasulullah.” Maka Anas radhiallahu’anhu senantiasa mengucapkannya sampai dia meninggal. Anas memwasiatkan agar mengubur tongkat kecil milik Rasulullah salallahu’alahi wasallam bersamanya, maka tongkat itu diletakkan di sampingnya.
Selamat untuk Anas bin Malik Al Anshari radiallahu’anhu yang telah mendapatkan limpahan kebaikan dari Allah salallahu’alahi wasallam. Dia hidup dalam bimbingan Rasulullah salallahu’alahi wasallam yang agung selama 10 tahun sempurna. Dia adalah orang ketiga setelah Abu Hurairah dan Abudullah bin Umar dalam meriwayatkan hadits Rasulullah salallahu’alahi wasallam.
Semoga Allah membalasnya dan membalas ibunya atas apa yang dia berikan untuk Islam dan kaum muslimin dengan sebaik-sebaik balasan.

Friday 28 October 2011

Aisyah dan Detik Terakhir Kehidupan Nabi


Tibalah detik-detik terakhir dari kehidupan Nabi Muhammad salallahu’alaihi wasallam. Aisyah radhiallahu’anha menarik tubuh Beliau salallahu’alaihi wasallam kepangkuannya. Tentang hal ini dia pernah berkata:
Sesungguhnya diantara nikmat Allah yang dilimpahkan kepadaku, bahwa Rasulullah meninggal dunia dirumahku, pada hari giliranku, berada dalam rengkuhan dadaku, bahwa Allah menyatukan antara ludahku dan ludah Beliau saat wafat”.
Abdurahman bin Abu Bakar masuk kedalam sambil memegangi siwak. Saat itu aku merengkuh tubuh beliau. Kulihat beliau melirik ke siwak ditangan Abdurrahman, karena aku tahu beliau amat suka kepada siwak maka aku bertanya, “apakah aku boleh mengambil siwak itu untuk engkau”, Beliau salallahu’alaihi wasallam mengiyakan dengan isyarat kepala. Maka aku menyerahkannya kepada Beliau dan menggosokkannya kemulut Beliau. Rupanya gosokanku terlalu keras bagi beliau, aku bertanya “apakah aku harus memelankannya?” beliau mengiyakan dengan isyarat kepala. Maka aku menggosok dengan pelan-pelan sekali.
Didekat tangan Beliau  salallahu’alaihi wasallam saat itu ada bejana berisi air beliau mencelupkan kedua tangan kedalam air lalu mengusapkannya kewajah sambil bersabda,
“Tiada Ilah yang berhak diibadahi selain Allah, sesungguhnya kematian itu ada sekaratnya.
Seusai bersiwak, Beliau salallahu’alaihi wasallam mengangkat tangan atau jari-jari mengarahkan pandangan kearah langit-langit rumah dan kedua bibir Beliau salallahu’alaihi wasallam bergerak-gerak. Aisyah masih sepat mendengar sabda Beliau salallahu’alaihi wasallam pada saat itu,
Bersama orang-orang yang engkau beri nikmat atas mereka dari para nabi, siddikin, syuhada' dan sholihin. ya Allah ampunilah dosaku dan rahmatilah aku. pertemukanlah aku dengan kekasih yang Maha Tinggi ya Allah kekasih yang Maha Tinggi”.
Kalimat yang terakhir ini diulang tiga kali yang disusul dengan tangan beliau yang melemah. Innalillaahi wa inna ilaihi raji'un,
Beliau salallahu’alaihi wasallam telah berpulang kepada kekasih yang Maha Tinggi...

Thursday 27 October 2011

Abu Hurairah dan si Pencuri Makanan


Abu Hurairah radhiallahu’anhu pernah ditugaskan oleh Rasulullah salallahu’alaihi wasallam untuk menjaga gudang zakat di bulan Ramadhan. Tiba-tiba muncullah seseorang, lalu mencuri segenggam makanan. Namun Abu Hurairah radhiallahu’anhu berhasil menangkap si pencuri itu dan berkata: "Akan aku adukan kamu kepada Rasulullah salallahu’alaihi wasallam ". Bukan main takutnya pencuri itu mendengar ancaman Abu Hurairah, hingga kemudian ia pun merengek-rengek : "Saya ini orang miskin, keluarga tanggungan saya banyak, sementara saya sangat memerlukan makanan". Maka pencuri itu pun dilepaskan, karena toh zakat itu pada akhirnya akan diberikan juga kepada fakir miskin ? Hanya saja, caranya yang keliru.
Keesokan harinya, Abu Hurairah radhiallahu’anhu datang kepada Rasulullah salallahu’alaihi wasallam, Maka beliau bertanya: "Apa yang dilakukan tawananmu semalam, ya Abu Hurairah?". Abu Hurairah radhiallahu’anhu berkata: "Ya Rasulullah, bahwa ia orang miskin, keluarganya banyak dan sangat memerlukan makanan,". Lalu diterangkan pula olehnya, bahwa ia kasihan kepada pencuri itu,, lalu dilepaskannya. Rasulullah berkata: "Dia berdusta, Nanti malam ia akan datang lagi."
Karena Rasulullah salallahu’alaihi wasallam berkata demikian, maka penjagaanpun diperketat, dan kewaspadaan ditingkatkan. Ternyata pencuri itu benar-benar datang lagi , lalu mengambil makanan seperti kemarin. Dan kali ini ia pun tertangkap, Abu Hurairah berkata: "Akan aku adukan kamu kepada Rasulullah salallahu’alaihi wasallam". Maka si pencuri itu pun sekali lagi meminta ampun : "Saya orang miskin, keluarga saya banyak. Saya berjanji besok tidak akan kembali lagi."
Abu Hurairah mendengar keluhan orang itu, dan kali ini pun ia kembali melepaskan pencuri tersebut. Pada pagi harinya kejadian itu dilaporkan kepada Rasulullah salallahu’alaihi wasallam. Maka Rasulullah menegaskan bahwa: "Pencuri itu bohong, dan nanti malam ia akan kembali lagi."
Malam itu Abu Hurairah berjaga-jaga dengan kewaspadaan penuh. Mata, telinga dan perasaannya dipasang baik-baik. Diperhatikannya dengan teliti setiap gerak-gerik disekelilingnya sudah dua kali ia dibohongi oleh si pencuri. Jika pencuri itu benar-benar datang seperti perkatakan Rasulullah dan ia berhasil menangkapnya, ia bertekad tidak akan melepaskannya.
Malam semakin larut, jalanan sudah sepi, tiba-tiba muncul sesosok bayangan yang datang menghampiri makanan yang di jaga oleh Abu Hurairah. Maka Abu Hurairah kembali menangkap pencuri tersebut. "Kali ini kau pastinya kuadukan kepada Rasulullah. Sudah dua kali kau berjanji tidak akan datang lagi ke mari, tapi ternyata kau kembali juga, kata Abu Hurairah. Lepaskan saya," pencuri itu memohon. Tapi, Abu Hurairah telah bertekad untuk tidak melepaskan pencuri tersebut apapun yang terjadi. Maka dengan rasa putus asa akhirnya pencuri itu berkata : "Lepaskan saya, akan saya ajari tuan beberapa kalimat yang sangat berguna."
"Kalimat-kalimat apakah itu?" Tanya Abu Hurairah dengan rasa ingin tahu. "Bila tuan hendak tidur, bacalah ayat Kursi : Allaahu laa Ilaaha illaa Huwal-Hayyul Qayyuuumu….. Dan seterusnya sampai akhir ayat. Maka tuan akan selalu dipelihara oleh Allah, dan tidak akan ada syaitan yang berani mendekati tuan sampai pagi". Maka pencuri itu pun dilepaskan oleh Abu Hurairah.
Dan keesokan harinya, ia kembali menghadap Rasulullah salallahu’alaihi wasallam. "Apa yang dilakukan oleh tawananmu semalam?" tanya Rasul salallahu’alaihi wasallam sebelum Abu Hurairah sempat menceritakan semuanya. "Ia mengajariku beberapa kalimat yang katanya sangat berguna, lalu ia saya lepaskan," jawab Abu Hurairah. "Kalimat apakah itu?" tanya Nabi. Abu Hurairah berkata : "Kalau kamu tidur, bacalah ayat Kursi : Allaahu laa Ilaaha illaa Huwal-Hayyul Qayyuuumu….. Dan seterusnya sampai akhir ayat. Dan ia katakan pula : "Jika engkau membaca itu, maka engkau akan selalu dijaga oleh Allah, dan tidak akan didekati syaitan hingga pagi hari". Nabi salallahu’alaihi wasallam berkata, "Pencuri itu telah berkata benar, sekalipun sebenarnya ia adalah pendusta." Kemudian Nabi salallahu’alaihi wasallam bertanya lagi : "Tahukah kamu, siapa sebenarnya pencuri yang bertemu denganmu tiap malam itu?". "Aku tidak tahu." Jawab Abu Hurairah. Nabi salallahu’alaihi wasallam bekata: "Dia adalah syaitan."

Abdullah bin Amr bin Ash, Ahli Ibadah dari Kalangan Sahabat Nabi

Beliau adalah Abdullah bin amr bin ash, ada yang mengatakan bahwa namanya adalah Al ash. Ketika beliau masuk Islam Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam merubah nama beliau dengan Abdullah. Gelar beliau adalah Abu Muhammad atau ada pula yang mengatakan Abdurrahman atau Abu Nushair Al Qurays As Sahmi.
Beliau adalah sosok mujahid yang tangguh, tinggi, gemuk dan berwajah kemerah-merahan putih rambut dan jenggotnya. Ketika usianya telah lanjut kedua mata beliau buta. Abdullah bin Amr adalah orang yang alim, shalih, kuat dan bersemangat dalam beribadah. Beliau adalah sahabat Rasulullah, demikian pula bapaknya, bahkan beliau lebih dahulu masuk Islam sebelum bapaknya. Beliau dikenal sangat rajin membaca Al Qur’an, tiada punya rasa bosan. Abdullah memang dikenal sangat rajin beribadah, baik sholat, puasa membaca Al Quran maupun shalat malam, sampai beliau berlebihan dalam menjalankannya. Rasulullah pun memanggil Abdullah dan diperintahkan agar tidak terlalu berlebihan dalam beribadah. Dan beliau bersabda :
"Aku puasa dan berbuka, bangun shalat malam dan tidur juga menikahi wanita, maka yang tidak suka sunahku tidaklah termasuk golonganku"
Abdullah bin Amr ini semenjak masuk Islam pertama-tama yang menjadi pusat perhatiannya adalah Al Quran yang diturunkan secara berangsur-angsur. Setiap turun ayat maka dihafalkan dan diusahakan untuk memahaminya, hingga setelah semuanya selesai dan sempurna beliaupun telah hafal keseluruhannya. Dan beliau menghafalkan itu bukanlah hanya sekedar mengingat akan tetapi dihafalkan dengan tujuan dapat dipergunakan untuk memupuk jiwanya, dan kemudian menjadi hamba Allah azza wajalla yang taat.
Abdullah pernah berkata: "Kami telah mengumpulkan Al Quran kemudian kami membaca keseluruhannnya dalam waktu semalam". Memang beliau dikaruniakan akal yang sempurna , cerdas, semangat dalam mencari ilmu dari Nabi, rajin dan tekun mencatat. Ia pun memiliki ilmu dan amal yang mapan.
Abu Hurairah pernah berkata "Tidak ada seorang pun dari sahabat Rasulullah yang lebih banyak haditsnya daripada kami kecuali abdullah bin amr, karena beliau menulis dan kami tidak menulis."
Diantara keistimewaan beliau adalah ketika berada di rumah Rasulullah salallhu’alaihi wasallam, Rasul bertanya "Tahukah kamu siapa yang bersama kami di rumah ?", Kami berkata: "siapa ya rasulullah". Beliau menjawab Jibril. Kami berkata "Assalamualaika yaa jibril warahmatullah". Kemudian Rasulullah salallhu’alaihi wasallam bersabda "Sesungguhnya Jibril telah menjawab salam kamu" (HR Tabrani).
Beliau wafat pada malam hari di usianya yang ke 72 tahun bertepatan dengan tahun 65 atau 63 hijriah. Beliau dimakamkan di rumah beliau sendiri, karena terjadinya kerusuhan di waktu itu.

 

Area Backlink

Mau bertukar link? Masukan Link Blogku ke blog kamu Kemudian masukan nama/web dan url blog kamu pada kotak yang tersedia di bawah, lalu tekan enter. Active Search Results
Klik tanda SUKA pada Cahaya Islam, untuk mengetahui postingan terbaru blog ini dari facebookmu

Kunjungan Ke

Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes