pasang iklan
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Wednesday 8 October 2014

Karakter Muslim Sejati

Rasulullah Salallahualaihi wasallam yang harus selalu dirujuk setiap muslim dalam segala aspek kehidupan. Satu dari sekian aspek kehidupan yang sangat penting adalah pembentukan dan pengembangan pribadi muslim.
Pribadi muslim yang dikehendaki Al-Qur’an dan sunnah adalah pribadi yang saleh. Pribadi yang sikap, ucapan dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari ALLAH Subhanahu wataala.
Persepsi atau gambaran masyarakat tentang pribadi muslim memang berbeda-beda. Bahkan banyak yang pemahamannya sempit sehingga seolah-olah pribadi muslim itu tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubudiyah-nya saja.
Padahal, itu hanyalah salah satu aspek saja dan masih banyak aspek lain yang harus melekat pada pribadi seorang muslim. Bila disederhanakan, setidaknya ada sepuluh karakter atau ciri khas yang mesti melekat pada pribadi muslim.
  •  Salimul Aqidah (Aqidah yang bersih
 Salimul aqidah merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada ALLAH Subhanahu wataala. Dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuanNya.
Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah Subhanahu wataala. Allah Berfirman:
“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, semua bagi Allah tuhan semesta alam” (QS. Al-An’aam [6]:162).
Karena aqidah yang bersih merupakan sesuatu yang amat penting, maka pada masa awal da’wahnya kepada para sahabat di Mekkah, Rasulullah Salallahu alaihi wasallam mengutamakan pembinaan `aqidah, iman dan tauhid.
  •  Shahihul Ibadah (ibadah yang benar)
Shahihul ibadah merupakan salah satu perintah Rasulullah Salallahu alaihi wasallam yang penting. Dalam satu haditsnya, beliau bersabda:
“Shalatlah kamu sebagaimana melihat aku shalat”.
Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul Salallahu alaihi wasallam yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.
  • Matinul Khuluq (akhlak yang kokoh)
Matinul khuluq merupakan sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah Subhanahu wataala maupun dengan makhluk-makhlukNya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat.
Rasulullah Salallahu alaihi wasallam diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah Subhanahu wataala di dalam Al Qur’an. Allah berfirman yang artinya:
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung” (QS. Al-Qalam [68]:4).
  •  Qowiyyul Jismi (kekuatan jasmani)
Qowiyyul jismi merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat dan kuat. Apalagi berjihad di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya.
Karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk hal yang penting, maka Rasulullah Salallahu alaihi wasallam bersabda yang artinya:
“Mukmin yang kuat lebih aku cintai daripada mukmin yang lemah. (HR. Muslim)
  •  Mutsaqqoful Fikri (intelek dalam berfikir)
Mutsaqqoful fikri merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang juga penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas). Al Qur’an juga banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berfikir, misalnya firman Allah yang artinya:
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah ALLAH menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir” (QS. Al-Baqarah [2]: 219)
Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktifitas berfikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas.
Allah Subhanahu wataala berfirman:
Katakanlah: “samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?”‘, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”. (QS. Az-Zumar [39]: 9)
  • Mujahadatul Linafsihi (berjuang melawan hawa nafsu)
Mujahadatul linafsihi merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan.
Kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam. Rasulullah Salallahu alaihi wasallam bersabda yang artinya:
“Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan
hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran Islam)” (HR. Hakim)
  • Harishun Ala Waqtihi (pandai menjaga waktu)
Harishun ala waqtihi merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu mendapat perhatian yang begitu besar dari ALLAH dan Rasul-Nya. Allah Subhanahu wataala banyak bersumpah di dalam Al Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan seterusnya.
Allah Subhanahu wataala memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama, yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi.
Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk pandai mengelola waktunya dengan baik sehingga waktu berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi Salallahu alaihi wasallam adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum datang sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.
  • Munazhzhamun fi Syuunihi (teratur dalam suatu urusan)
Munazhzhaman fi syuunihi termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya.
Dengan kata lain, suatu urusan mesti dikerjakan secara profesional. Apapun yang dikerjakan, profesionalisme selalu diperhatikan. Bersungguh-sungguh, bersemangat, berkorban, berkelanjutan dan berbasis ilmu pengetahuan merupakan hal-hal yang mesti mendapat perhatian serius dalam penunaian tugas-tugas.
  • Qodirun Alal Kasbi (memiliki kemampuan usaha sendiri/mandiri)
Qodirun alal kasbi merupakan ciri lain yang harus ada pada diri seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi.
Karena, pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan ibadah haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al Qur’an maupun hadits dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi.
Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik. Keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah Subhanahu wataala. Rezeki yang telah Allah sediakan harus diambil dan untuk mengambilnya diperlukan skill atau keterampilan.
  • Nafi’un Lighoirihi (bermanfaat bagi orang lain)
Nafi’un lighoirihi merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaan. Jangan sampai keberadaan seorang muslim tidak menggenapkan dan ketiadaannya tidak mengganjilkan.
Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berfikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dan mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya. Dalam kaitan ini, Rasulullah Sallahu alaihi wasallam bersabda yang artinya:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain” (HR. Qudhy dari Jabir)
Demikian secara umum profil seorang muslim yang disebutkan dalam Al Qur’an dan Hadits. Sesuatu yang perlu kita standarisasikan pada diri kita masing-masing. Wallahu’alam.

Wednesday 1 October 2014

Program Semester Matematika Kurikulum 2013

Dwonload Program Semester untuk mata pelajaran Matematika Kurikulum 2013. Tingkat SMA dan sederajat. Bisa di ubah sesuai tempat anda mengajar. Mau?

Klik link di bawah

Kelas X/Tahun ajaran 2014-2015

Semester Ganjil: http://adf.ly/ryt2z
Semester Genap: http://adf.ly/rytVQ

Kelas XI/Tahun ajaran 2014-2015

Semester Ganjil: http://adf.ly/ryxSO
Semester Genap: http://adf.ly/ryxh3


Wednesday 24 September 2014

Hukum Bermuamalah dengan Tetangga Nasrani

Bagaimana tata cara bergaul dengan tetangga Nasrani yang menjadi tetangga rumah atau sekolah?
Jawab: Boleh bergaul dengan orang Nasrani yang menjadi tetangga dengan pergaulan yang baik, membantu mereka dalam perkara-perkara mubah, berlaku bajik serta menziarahinya untuk mendakwahinya kepada Allah, semoga Allah memberinya petunjuk dengan Islam. Adapun menghadiri hari-hari besar mereka, maka tidak boleh sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.” (QS. Al Maidah: 2)
Karena menghadiri perayaan-perayaan mereka merupakan jenis loyalitas yang di haramkan, demikian juga halnya dengan menjadikan mereka sebagai sahabat (teman dekat).

[Fatawa Li Al Lajnah Ad Daimah II/103]

Tuesday 16 September 2014

Program Tahunan Matematika Kurikulum 2013

Dwonload Program Tahunan Kurikulum 2013 Tingkat SMA dan Sederajat Khusus Mata Pelajaran Matematika. Bisa di ubah sesuai tempat anda mengajar.

Klik link dibawah

Kelas X Tahun Ajaran 2014-2015

Kelas XI Tahun Ajaran 2014-2015

Tuesday 9 September 2014

Islam Hari Ini



Dakwah adalah merupakan tugas umat ini. Dakwah tidak hanya bagi para Masyaikh, Ustad, Ulama maupun Kiyai. Tapi dakwah merupakan tugas bagi siapa yang mengaku sebagai umat Islam. Mengingat Islam pada hari ini yang begitu sungguh sangat terasing, maka di butuhkan usaha dan kesabaran yang besar serta kemauan yang kuat.
Umat Islam hari ini melewati suatu kondisi yang sangat spesifik sekali, bahkan mungkin saja tidak pernah di lewati oleh umat Islam sebelumnya. Bahkan pemahaman umat Islam pada hari ini telah sampai pada tingkat yang begitu sangat rendah dan sangat minim sekali. Jika di bandingkan dengan kondisi umat Islam sebelumnya, maka umat Islam pada hari ini dari segi pemahaman tentang Islam begitu sangat memprihatinkan lebih-lebih dari segi pengamalannya. inilah kondisi Umat Islam hari ini, bahkan merupakan kondisi yang teburuk yang pernah di kenal dalam perjalanan sejarah umat Islam sebelumnya. Oleh karena itu tanggung jawab dakwah hari ini jauh lebih besar dan berbahaya jika di bandingkan dengan kondisi sebelumnya.
Kita sekarang berada dalam kondisi keterasingan Islam yang kedua, di mana Rasulullah salallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Islam datang dalam keadaan asing dan akan asing seperti semula”. (HR Muslim no. 145)
Jadi keterasingan Islam yang pertama adalah di awal-awal Islam yaitu di zaman Rasulullah salallahu’alaihi wasallam. Ada perbedaan antara keterasingan Islam yang pertama dengan keterasingan yang kedua, yaitu jika di awal-awal Islam, Islam itu  dipahami oleh umat Islam bahkan di pahami oleh manusia seluruhnya pada saat itu. Sampai orang kafir sekali pun paling tidak mereka mengetahui prinsip-prinsip pokok Islam. Di antaranya tentang ketuhanan, kenabian maupun hari kebangkitan, mereka mengetahui betul bawah ajaran Muhammad salallahu’alaihi  wasallam merupakan sebuah kebenaran, akan tetapi mereka menolaknya karena kesombongan dan keangkuhan. Namun yang menjadi sebab keterasingan Islam ketika itu adalah karena jumlah umat Islam yang begitu sangat sedikit dan lemah di tengah-tengah masayarakat mayoritas  menolak mereka.
Adapun keterasingan Islam yang kedua di zaman ini adalah Islam itu asing bagi pemeluknya sendiri, lebih-lebih keterasingan pada non muslim. Hal ini dapat kita saksikan ketika ada di antara kaum muslimin yang komitmen menjalan Islam malah dianggap mendatangkan ajaran baru dalam agama ini, dikatakan aliran keras dan ekstirm. Ketika melihat akhwat yang telah mendaptkan hidayah yang berusaha untuk mentup auratnya tengah-tengah wanita yang merasa bangga dengan memerkan auratnya malah dikatakan  sebagai “kelambu berjalan”. Tatkala kita sampaikan kepada umat Islam bagaimana hakekat Islam yang sesungguhnya, tentang makna laailaha ilallah dan konsekuensinya maka mereka akan merasa aneh dan merasa asing. Mereka akan berkata: “darimana anda mendapatkan anjaran ini?! Tidak seperti ini ajaran Islam Yang kami kenal”. Jika kita  katakan kepada orang yang tawaf di kuburan atau mencari berkah di kuburan bahwa perbuatan itu adalah syirik maka mereka akan berkata: “Darimana kamu dapatkan bahwa ini tidak boleh? Kamu sebenarnya hanya ingin menghilangkan rohaninya islam”. Jika kita bertanya kepada guru dan dosen sosiologi, guru dan dosen psikologi, pendidikan dan sejarah bahwa ilmu ataupun teori-teori yang kalian ajarkan ada yang bertentangan dengan akidah Islam, maka mereka  akan berkata: “Apa hubungannya Islam dengan perkara ini?! Kalian ini memasukan Islam dalam semua urusan! Ini adalah ilmu pengetahuan sedangkan Islam adalah agama! Islam tidak ada hubungannya dengan ilmu pengetahuan, kalian ini adalah fundamentalis, ekstrim, keras dan semisalnya”.
Inilah beberapa contoh bahwa betapa kaum muslimin hari ini, pemahaman mereka tentang Islam begitu sangat rendah sekali. Jika di awal-awal Islam yang menjadi musuh agama ini adalah orang diluar Islam maka di zaman ini yang menjadi musuh Islam justru datang dari kalangan umat Islam sendiri bahkan dari tokoh-tokoh yang katanya paham akan ajaran Islam. Misalnya saja dalam hal penegakan syariat Islam atau dalam hal pemberlakuan undang-undang pakaian Syar’i. Maka yang ramai-ramai menolaknya justru umat Islam .seolah-olah ajaran Islam ini adalah ajaran yang berbahaya, kolot,  terbelakang, mengekang kebebasan wanita dan semisalnya.
Maka adalah merupakan tanggungjawab bagi orang-orang yang memiliki ilmu dan telah mendapatkan hidayah dari Allah subhanahu wata’ala untuk mengajarkan ilmunya sebatas yang di ketahuinya, dalam rangka mengembailkan umat ini kedalam pemahaman Islam yang sebenarnya. Tentunya ini bukanlah tugas yang ringan butuh perjuangan dan pengorbanan. Baik berupa harta, tenaga maupun pikiran kita. Jika di zaman Nabi salallahu’alaihi wasallam ketika seorang berdakwah di lempari dengan batu maka alhmadulillah di zaman sekarang paling cuman di “lempari” pisang goreng atau di “lempari” dengan amplop. Maka tidak ada alasan bagi kita untuk tidak berdakwah. Barakallahu fiikum

 

Area Backlink

Mau bertukar link? Masukan Link Blogku ke blog kamu Kemudian masukan nama/web dan url blog kamu pada kotak yang tersedia di bawah, lalu tekan enter. Active Search Results
Klik tanda SUKA pada Cahaya Islam, untuk mengetahui postingan terbaru blog ini dari facebookmu

Kunjungan Ke

Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes