Mirza
Ghulam Ahmad yang oleh pengikutnya dikatakan sebagai nabi sesudah Rasulullah salallahu’alaihi wasallam, hidup pada
tahun 1839-1908 M. Dia dilahirkan didesa Qadian, diwilayah Punjab, India tahun
1839 M. Dia tumbuh di keluarga yang suka khianat kepada agama dan negara.
Begitulah dia tumbuh, mengabdi kepada penjajahan Inggris dan senantiasa
mentaatinya. Ketika dia mengangkat dirinya menjadi nabi, kaum muslimin
bergabung dan menyibukan diri dengannya sehingga mengalihkan perhatian dari
jihad melawan pemerintahan Inggris. Oleh pengikutnya dia dikenal sebagai orang
suka menghasut/berbohong, banyak penyakit dan pecandu narkotik.
Pemerintah
Inggris banyak berbuat baik kepada mereka. Sehingga dia dan pengikutnya pun
memperlihatkan loyalitas kepada pemerintah Inggris.
Pada
awalnya Mirza berdakwah sebagaimana dakwahnya para da’i Islam yang lain,
sehingga berkumpul orang-orang disekelilingnya yang kemudian mendukungnya.
Selanjutnya dia mengklaim bahwa dirinya adalah seorang mujaddid (pembahru). Pada tahap berikutnya dia mengklaim dirinya
sebagai Mahdi al Mudatsar dan Masih al Ma’ud. Lalu setelah itu mengaku sebagai nabi dan
menyatakan bahwa kenabiannya lebih tinggi dan agung dari kenabian Nabi kita
Muhammad salallahu’alaihi wasallam.
Diantara
yang melawan dakwah Mirza Ghulam Ahmad adalah Syaikh Abdul Wafa’, seorang
pemimpin Jami’ah Ahlu Hadits di India. Beliau mendebat dan membantah hujjah
Mirza Ghulam Ahmad, menyingkap keburukan yang disembunyikannya, kekufuran serta
penyimpangan pengakuannya.
Ketika
Mirza masih belum mau kembali kepada petunjuk kebenaran, Syaikh Abdul Wafa’
mengajaknya bermubahalah (berdoa
bersama), Agar Allah subahanahu wata’ala
mematikan siapa yang berdusta diantara mereka, dan yang benar tetap hidup. Tak
lama setelah bemubahalah, Mirza Ghulam Ahmad menemui Ajalnya tahun 1908.
Dia
mati meninggalkan lebih dari dari 50 buku, bulletin serta artikel hasil
karyanya. Diantara kitab yang terpenting (menurut pengikutnya tentunya) yang
dimilkinya berjudul Izalatul Auham, I’jaz Ahmadi, Barohin Ahmadiyah, An Warul
Islam, I’jazul Masih, at Tabligh dan Tajliat Ilahiyah.
Maka
untuk orang-orang yang selalu membela Ahmadiyah, mubahalahlah yang pantas buat kalian. Agama ini bukanlah agama yang
berasal dari adat dan kebiasaan atau perkataan manusia. Tetapi berasal dari
langit yang ketujuh yaitu dari Allah ‘azza wajalla, oleh karena itu butuh dalil
dan keterangan yang jelas dalam setiap pengakuan kita. Wasallam.
Sumber: Majalah Fatawa
Hal. 53-54 Vol. 06 Th. II
0 comments:
Post a Comment
Silahkan beri komentar; terimah kasih atas kunjungannya...