Lidah bisa menjadi kunci kebaikan bagi seseorang,
ketika dia mampu untuk memelihara atau mengendalikannya, namun sebaliknya lidah
juga bisa menjadi kunci keburukan seseorang yaitu ketika ia tidak mampu untuk
mejaganya dari perkataan sia-sia maupun perkataan dusta. Hal ini ditunjukan
oleh riwayat dari Mu’adz bin Jabbal radhiallahu’anhu
yaitu ketika Rasulullah salallahu’alaihi
wasallam mengajarkan kepada Mu’adz pintu-pintu kebaikan kemudian di akhir haditsnya Beliau bertanya:
“Maukah kamu kuberitahu kunci dari semua
itu? Aku (Mu’adz) menjawab: “Tentu
wahai Rasulullah”. Lalu Nabi salallahu’alaihi wasallam memegang lidahnya
dan berkata: “Jagalah ini! “Akupun
bertanya, “Wahai Nabi Allah, apakah kita
akan disiksa karena pembicaraan kita? “Rasul menjawab: “Ibumu telah kehilanganmu, Mu’adz! Bukankah
manusia itu diseret keneraka pada wajah-wajah mereka atau hidung-hidung mereka
hanya disebabkan oleh buah perkataan lidah mereka? (HR. Tirmidzy)
Yang dimaksud dengan buah perkataan dalam hadits ini
adalah balasan atas perkataan yang haram dan berbagai akibatnya. Selain itu
yang paling banyak menjerumuskan manusia kedalam api neraka adalah karena ucapannya.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu bahwa Rasululllah salallahu’alaihi wasallam bersabda: “Yang paling banyak menjerumuskan manusia ke neraka adalah dua lubang:
“Mulut dan kemaluan”. (HR. At Tirmidzy)
Hal ini di sebabkan karena terkadang kita
mengucapkan suatu perkataan yang mungkin kita anggap biasa, namun dihadapan
Allah itu adalah perkara yang luar biasa. Sehingga Rasulullah salallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya
ada seorang yang mengucapkan sebuah kalimat yang ia anggap biasa namun
karenanya ia terjun kedalam neraka sejauh 70 tahun.”
(HR. Tirmidzy; shahih gharib)
Maka dari itu kita di perintahkan untuk berbicara
yang baik-baik, kalau tidak mampu untuk berbicara yang baik-baik maka sebaiknya
kita diam. Rasulullah salallahu’alaihi
wasallam bersabda:
“Barangsipa yang beriman kepada Allah dan hari
akhir hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Suatu ketika Umar bin Khattab radhiallahu’anhu, mengunjungi Abu Bakar radhiallahu’anhu. Umar mendapatinya sedang menarik lidahnya dengan
tangannya. Umar bertanya: “Apa yang anda lakukan? Semoga Allah mengampunimu!”
Abu Bakar menjawab: “Inilah benda yang
akan menjerumuskan aku ke neraka.”
Abdullah bin Mas’ud radhiallhu’anhu berkata: “Demi
Allah yang tidak ada Illah selain Dia! Tidak ada sesuatupun yang lebih perlu
untuk di penjarakan selain lisanku!” Dia juga mengatakan: “Wahai lisan, ucapkanlah yang baik-baik,
niscaya kamu akan beruntung! Berhentilah dari mengucapkan yang buruk-buruk,
niscaya kamu akan selamat sebelum menyesal!”
Begitulah para sahabat Nabi dalam menjaga
lisan-lisan mereka dari perkataan yang sia-sia dan mengandung dosa. Mereka
begitu takut jika nanti mereka bertemu dengan Allah subhanahu wata’ala dalam keadaan lidah mereka tidak selamat.
Oleh karena itu hendaklah tiap-tiap diri
memperhatikan ucapannya, apakah ucapan itu bermanfaat atau tidak. Apakah ucapan
itu mengajak kepada kebaikan ataukah malah berisi fitnah, kedustaan, ghibah
atau perkataan-perkataan tercela lainnya. Hendaklah kita berusaha untuk menjaga
lisan kita dari membicarakan aib orang lain, menuduh saudara kita melakukan
keburukan padahal kita tidak mengetahui hakekat yang sebenarnya!
Karena semua itu akan dimintai pertanggung jawabannya
di akhirat kelak. Saudaraku jagalah lisanmu! Barakallahu fikum.
0 comments:
Post a Comment
Silahkan beri komentar; terimah kasih atas kunjungannya...