Syaikhul islam Ibnu Taimiyah berkata: “Dzikir bagi hati adalah ibarat air dengan ikan. Apa jadinya jika ikan di keluarkan dari air?”. Tentu jawaban kita adalah ikan tersebut akan mati.
Demikian halnya jika hati yang tidak pernah
berdzikir kepada Allah maka hati tersebut
akan mati. Ketika hatinya telah mati maka akan sulit baginya untuk
menerima hidayah dari Allah, hatinya akan di penuhi dengan urusan dunia yang
senantiasa mencemaskannya, yang berujung pada ketidak tenangan hidup. Begitu
pentingnya berdzikir kepada Allah bagi hati, sehingga kita di sunnahkan untuk
senantiasa berdzikir kepada Allah, minimal pada saat kita melaksanakan shalat
lima waktu.
Berikut ini adalah keutamaan berdzikir kepada Allah,
diantaranya adalah sebagai berikut:
- Dzikir adalah makanan pokok bagi hati
Sebagaimana tubuh yang senantiasa
membutuhkan makanan, maka hatipun demikian. Adapun makanan bagi hati adalah
senantiasa berzikir kepada Allah subhanahu wata’ala. Dengan berdzikir hati akan
memperoleh ketenangan dan kebahagiaan yang dengannya akan melahirkan semangat
dan kekuatan dalam diri seseorang sebagaimana Allah subhanahu wata’ala
berfirman:
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram. Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka
kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.” (QS.
Ara’du: 28-29)
Berbeda halnya dengan manusia tidak
pernah berdzikir kepada kepada Allah subhanahu wata’ala. Dia akan mendapatkan
ketidak tenangan hidup, kecemasan akan urusan dunia, dan dadanya akan terasa
sempit dengan mengahadapi berbagai macam problem dalam kehidupannya.
- Dzikir dapat mengusir syaitan dan menundukannya, juga menjadikan kita di ridhai oleh Allah subhanahu wata’ala
Berdzikir kepada Allah selain
mendatangkan kebahagian, ketenangan hidup maupun keceriaan wajah juga dapat
menjadi sarana bagi manusia untuk terhindar dari godaan dan gangguan syiathan
serta akan mendapatkan keridhaan dari Allah subhanahu wata’ala. Allah subhanahu
wata’ala berirman:
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula)
kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari
(nikmat)-Ku.” (QS. Al Baqarah: 152)
Dan di dalam hadits yang di riwayatkan
dari sahabat yang mulia Abu Hurairah Rasulullah salallahu’alaihi wasallam
bersabda:
“Barangsiapa
yang mengucapkan laa ilaha illallah lahul mulku walahul hamdu wahua alakulli
syai’in qadir. Setiap hari 100 kali, niscaya ucapan itu menyamai pahala membebaskan
10 budak. Juga di tulis baginya 100 kebaikan dan di hapus baginya 100
kejelekan. Juga dalam sehari itu ia di jaga dari syaitan sampai sore harinya.
Tak ada seseorangpun yang mengamalkan sesuatu yang lebih baik darinya selain
seseorang yang mengucapkan lebih banyak darinya.”
(HR. Tirmidzi: shahih)
- Dzikir adalah obat bagi kerasnya hati
Seseorang pernah menemui Hasan al Bashri
rahimahullah, dan berkata: “Aku
mengadukan kerasnya hati ini, kepadamu.” Hasan al Bashri rahimahullah menjawab: “Lunakkan ia dengan zdikir!”
Makhul
bertutur: “Mengingat Allah itu obat,
sedangkan mengingat manusia itu penyakit.”
Abu Musa al Asy’ariy radhiallahu’anhu meriwayatkan,
Rasulullah salallahu’alaihi wasallam
bersabda:
“Perumpamaan
orang yang berzdikir itu seperti orang yang hidup dengan orang yang mati.” (HR.
Bukhari)
- Berzikir secara kontinyu berarti memperbanyak usaha untuk selalu menyaksikan hari akhir
Dengan memperbanyak zdikir maka maka
akan membantu kita untuk mengingat hari akhir, mengingat syurga dan neraka
sehingga dengannya kita akan termotivasi untuk memperbanyak amal ketaatan dan
melakukan hal-hal yang bermanfaat lainnya. Kita akan senantiasa di sibukan
dengan kebaikan, sehingga tidak sempat untuk menngucapkan kata-kata yang batil
seperti ghibah, namimah (mengadu domba) dan selainnya.
Maka barangsiapa yang di bukakan baginya pintu
zdikir, maka telah di bukakan baginya pintu menuju Allah subhanahu wata’ala.
Maka hendaknya segera bersuci dan segeralah menuju Allah subhanahu wata’ala,
untuk mendapatkan apa yang di kehendaki di sisiNya. Sesungguhnya jika seseorang
telah mendapatkan Rabbnya, berarti ia telah mendapatkan segala sesuatu.
Sebaliknya, jika ia “kehilangan” Rabbnya, berarti ia telah kehilangan
segala-galanya.
0 comments:
Post a Comment
Silahkan beri komentar; terimah kasih atas kunjungannya...