pasang iklan
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Saturday, 14 December 2013

Kenapa Kutingikan Celanaku



Zaman ini adalah zaman keterasingan islam yaitu dimana sunnah dianggap bid’ah dan bid’ah dianggap sunnah. Kebaikan dianggap keburukan dan keburukan dianggap sebagai kebaikan. Kaum muslimin berpaling dari ajaran islam dan mengadopsi cara-cara kehidupan eropa yang lebih mementingkan kehidupan duniawi ketimbang ukhrawi. Tidak ketinggalan terutama dalam hal pakaian, kaum muslimin cenderung bangga mengunakan pakaian ala kafir ketimbang pakaian yang disyariatkan oleh rasulullah salallahu’alaihi wasallam, bahkan merasa rendah jika harus memakai pakaian tersebut, yang merupakan ciri dan identitas kaum muslimin.
Salah satu contoh dari sekian banyak contoh yang membuktikan keterasingan islam yaitu ketika ada diantara kaum muslimin yang bergelar ikhwan memakai celana diatas mata kaki sering mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan, bahkan tidak jarang dituduh sebagai teroris. Jika saja kaum muslimin mau me
mpelajari agama ini dengan serius, niscaya mereka akan mendapatkan bahwa memakai pakain diatas mata kaki merupakan perintah langsung dari Rasulullah sallallahu’alaihi wasallam, dan adanya larangan untuk melakukan isbal (mejulurkan pakaian melewati mata kaki).
Berikut ini beberapa dalil yang menunjukan larangan melakukan isbal atau menjulurkan pakaian melewati kedua mata kaki bagi laki-laki.
Pertama: Melakukan isbal merupakan indikasi kesombongan dan merupakan Dzari’ah (sarana) yang membawa kepada kesombongan. Sedangkan syariat telah mencegah hal-hal yang dapat membawa kepada yang diharamkan, dan bahwasannya hukum sarana sama dengan hukum tujuan
Al hafizh ibnu Hajar berkata: “Sesunguhnya isbal itu menghendaki dipanjangkannya pakain, sedangkan memanjangkan pakaian itu menghendaki adanya kesombongan, walaupun orang yang memakainya tidak bermaksud demikian”
Perkataan ini diperkuat oleh riwayat dari Ibnu Umar radhiallahu’anhu yang dinyatakan marfu’ (sampai kepada Nabi sallallahu’alahi wasallam) beliau bersabda: “Dan hindarilah olehmu isbal dalam berpakaian karena isbal termasuk tanda kesombongan.” (Hadits Sahih)
Kedua: Terdapat ancaman neraka bagi orang yang melakukan isbal sekalipun tidak disertai dengan rasa sombong sebagaimana terdapat dalam hadits berikut:
Dari Abu Hurairah rhadiallahu’anhu dari Nabi sallallahu’alahi wasallam bersabda: “Apa yang turun melewati mata kaki maka (tempatnya) di neraka.” (HR. Bukhari)
Ketiga: Adanya larangan isbal secara mutlak: Dari Al Mughirah bin Syu’bah radhiallahu’anhu berkata telah bersabda Rasulullah sallallahu’alahi wasallam: “Wahai Syufyan bin Sahl jangan kamu melakukan isbal, sebab Allah tidak menyukai orang-orang yang melakukan isbal.” (HR. Ibnu Majah dihasankan oleh Al Albani)
Sedangkan hukum asal dari larangan adalah haram dalilnya adalah sabda Rasulullah sallallahu’alaihi wasallam: “Apa saja yang aku perintahkan kepada kalian maka kerjakanlah semampu kalian dan apa saja yang aku larang kalian maka tinggalkanlah (Mutaq’alahi)
Keempat: Bahwasannya isbal merupakan bentuk penyerupaan terhadap wanita sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiallahu’anhu berkata, bahwa Nabi salallahu’alahi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang memanjangkan pakaiannya karena sombong maka Allah tidak akan memandang kepadanya pada hari kiamat”. Maka Ummu Salamah berkata: “lalu bagaimana yang harus diperbuat oleh para wanita terhadap ujung-unjun pakaian mereka?” jawab beliau: “Hendaklah mereka memanjangkannya sejengkal (dari mata kaki)”. Ummu Salamah berkata: “Kalau begitu telapak kaki mereka akan kelihatan (kalau berjalan). Nabi bersabda: “Kalau begitu panjangkanlah sehasta dan tidak boleh lebih dari itu.”(HR. Abu Dawud, At Tirmidzi dan Nasa’i. Sahih)
Maka dari hadits diatas dapat dipahami bahwa Nabi mengkhususkan wanita dengan hukum yang berbeda dengan hukum bagi para lelaki serta menkhususkan mereka dari keumuman nash. Sedangkan dalam hadits yang lain dikataan:
Allah melaknat laki-laki yang memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian perempuan” (HR. Abu Dawud dan lainnya; Shahih)
At Tabrani rahimahullah berkata: “Tidak diperbolehkan bagi para lelaki untuk meyerupai kaum wanita dalam masalah pakaian dan perhiasan yang dikhususkan bagi kaum wanita”.
Wal hasil bahwasannya isbal bagi wanita hukumya wajib sebab wanita adalah aurat sedangkan bagi pria adalah haram berdasarkan dari dalil-dali yang shahih.
Alhafizh ibnu Hajar rahimahullah berkata: “Bagi wanita ada dua keadaan yakni: keadaan yang “disukai” yaitu keadaan dimana (panjang pakaiannya) melebihi apa yang diperbolehkan bagi para lelaki dengan ukuran sejengkal (kebawah mata kaki) dan keadaan yang “diperbolehkan” yakni dengan ukuran hasta (dibawah mata kaki) (dikutip dari Fatul Bari 10/259)
Maka tiada daya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah. Dzaman ini timbangan telah terbalik, dimana laki-laki memanjangkan pakaiannya melewati mata kaki sedangkan para wanita tidak tanggung-tanggung malah meninggikan pakaiannya sampai keatas lututnya, Na’udzu billah min dzalik.

Thursday, 3 October 2013

Inti Ajaran Syiah


Setelah dulu pernah divonis sesat oleh Majelis Ulama Indonesia dan dinyatakan terlarang, pengikut-pengikut Syi’ah kini kembali menggeliat dan semakin gencar menyebarkan paham-paham sesat mereka ditengah-tengah masyarakat muslim. Dan diantara cara yang mereka tempuh saat ini adalah menyerukan pendekatan antara Sunni dan Syi’ah. Padahal perbedaan antara Sunni dan Syi’ah adalah perbedaan dalam hal akidah, pokok-pokok keimanan. Jadi perbedaannya bagaikan langit dan sumur bor.
Banyak kaum muslimin yang tertipu oleh Syi’ah, karena buku-buku yang mereka baca tentang Syi’ah adalah buku-buku terjemahan yang diberikan perubahan-perubahan oleh orang-orang Syi’ah, bukan kembali kepada kitab referensi ulama Syi’ah.
Oleh karena itu perlu kiranya jika, kita mengetehui seperti apakah ajaran Syi’ah yang sebenarnya sehingga kita dapat menjaga diri dan keluarga kita dari penyimpangan aqidah sesat Syi’ah. Berikut ini adalah inti atau pokok-pokok ajaran Syi’ah pada periode pertama dan penyimpangan aqidah Syi’ah secara umum.

Pokok-pokok penyimpangan Syi’ah pada periode pertama
  • Keyakinan bahwa iman sesudah Rasulullah salallahu’alaihi wasallam adalah Ali bin Abu Thalib, sesuai dengan sabda Nabi salallahu’alaihi wasallam. Karena itu para khalifah dituduh merampok kepemimpinan dari tangan Ali bin Abu Thalib radhiallhu’anhu.
  • Keyakinan mereka bahwa imam mereka maksum (terjaga dari salah dan dosa)
  • Keyakinan bahwa Ali bin Abu Thalib dan para imam yang telah wafat akan hidup kembali pada hari kiamat untuk membalas dendam kepada lawan-lawannya, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah dan lain-lain.
  • Keyakinan bahwa Ali bin Abu Thalib dan para imam mengetahui rahasia gaib, baik yang lalu maupun yang akan datang. Ini berarti sama dengan menuhankan Ali dan para imamnya.
  • Keyakinan tentang ketuhanan Ali bin Abu Thalib yang di deklarasikan oleh para pengikut Abdullah bin Saba’ dan akhirnya mereka di hukum bakar oleh Ali bin Abu Thalib radhiallahu’anhu karena keyakinan tersebut.
  • Keyakinan mengutamakan Ali bin Abu Thalib atas Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Padahal Ali sendiri mengambil tindakan hukum cambuk 80 kali terhadap orang yang meyakini kebohongan tersebut.
  • Keyakinan anjuran mencaci maki para sahabat atau sebagian sahabat seperti Utsman bin Affan (lihat Dirasaat fil Ahwaa’ wal firaq wal bida’ wa Mauqifus Salaf Minha, Dr. Nashir bin Abdul Karim Al Aql hal. 237)
Pada Abad ke II hijriah, perkembangan keyakinan Syiah semakin menjadi-jadi sebagai aliran yang mempunyai berbagai perangkat keyakinan baku dan terus berkembang sampai berdirinya dinasti Fatimaiyyah di Mesir dan dinasti Shofawiyah di Iran. Terakhir aliran tersebut terangkat kembali dengan revolusi Khomeini dan dijadikan sebagai aliran resmi Negara Iran sejak 1979.
Pokok-pokok penyimpangan Syi’ah secara umum
  • Pada rukun imanSyiah hanya memiliki 5 rukun iman, tanpa menyebut keimanan kepada para malaikat, Rasul dan Qadha dan Qadar, yaitu: 1. Tuhid (keesaan Allah) 2. Al Adl (keadilan Allah) 3. Nubuwwah (kenabian) 4. Imamah (kepemimpinan imam) 5. Ma’ad (hari kebangkitan dan pembalasan). (lihat ‘Aqaidul Imamiyah oleh Muhammad Ridha Mudhaffar, dan lain lain).
  • Pada rukun IslamSyi’ah tidak mencantumkan syahadatain, yaiutu: 1. Shalat 2. Zakat 3. Puasa 4. Haji 5. Wilayah (perwalian). (Lihat Al Kafie juz II hal. 18)
  • Syi’ah meyakini bahwa Al Qur’an sekarang ini telah di ubah, di tambahi atau di kurangi. Karena itu mereka meyakini bahwa: Abu Abdillah Ja’afar Ash Shadiq a.s berkata, “Al Qur’an yang di bawa oleh Jibril kepada Nabi Muhammad salallahu’alaihi wasallam adalah 17.000 ayat” (Al Kafi fil Ushul Juz II hal. 634). Al Qur’an mereka yang berjumlah 17.000 ayat itu di sebut mushaf Fatimah (lihat kitab Syi’ah Al Kafi Fil Ushul juz I hal 240-241 dan Fashlul Khithab karangan An Nuri Ath Thibrisy).
  • Syi’ah meyakini bahwa para Sahabat sepeninggal Nabi salallahu’alaihi wasallam telah murtad, kecuali beberapa orang saja, seperti: Al Miqdad bin Al Aswad, Abu Dzar Al Ghifari dan Salman Al Farisy (Ar Raudhah minal Kafi Juz VIII hal. 245, Al Ushul minal Kafi Juz II hal. 244)
  • Syi’ah menggunakan senjata “Taqiyyah” yaitu berbohong, dengan menampakan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya untuk mengelabui (Al Kafi Fil Ushul Juz II hal. 217)
  • Syi’ah percaya kepada Ar Raj’ah yaitu kembalinya roh-roh kejasad masing-masing di dunia ini sebelum kiamat dikala imam ghaib mereka keluar dari persembunyiannya dan menghidupkan Ali dan anak-anaknya untuk balas dendam kepada lawan-lawannya
  • Syi’ah percaya kepada al bada’, yakni tampak bagi Allah dalam hal keimamahan Ismail (yang telah dinobatkan keimamahannya oleh ayahnya, Jafar As Shadiq tetapi kemudian meninggal di saat ayahnya masih hidup) yang tadinya tidak tampak. Jadi bagi mereka, Allah subahanahu wata’ala boleh khilaf, tetapi imam mereka tetap maksum.
  • Syi’ah membolehkan “nikah mut’ah” yaitu nikah kontrak dengan jangka waktu tertentu padahal hal itu telah di haramkan oleh Rasulullah salallahu’alaihi wasallam sebagaimana yang di riwayatkan oleh Ali bin Abu Thalib radhiallahu’anhu ia berkata kepada Ibnu Abbas bahwa Nabi salallahu’alaihi wasallam melarang nikah mut’ah dan memakan daging keledai jinak pada waktu perang khaibar. (HR. Bukhari dan Muslim)
Inilah beberapa penyimpangan aqidah Syi’ah yang membedakannya dengan Ahlu Sunnah wal Jama’ah. Tidaklah kami bermaksud mejelek-jelekkan suatu kelompok agama, namun kami hanya berusaha menjelaskan bagaimana hakekat ajaran suatu kelompok. Agar setiap orang bisa membedakan kebenaran dan kebatilan dengan ilmu, bukan berdasarkan prasangka dan dugaan semata. Adapun tolak ukur kebenaran seseorang dalam Islam hanyalah Al Qur’an dan Sunnah Nabi salallahu’alaihi wasallam, maka pelajarilah kebenaran itu niscaya kalian akan mengetahui siapa yang berada diatas kebenaran, barakallahu fikum.

Sumber: Buletin Al Fikrah No. 5 Thn. IX/22 Shafar 1429 H

Thursday, 26 September 2013

Hukum Bagi Mereka yang Melakukan Perbuatan Kufur Karena Tidak Tahu



Apakah setiap orang yang melkukan perbuatan kufur atau syirik menjadi kafir? Apbila ia melakukannya karena bodoh, apakah dia mendapat dispensasi? Sebutkan dalilnya jika dia mendapat dispensasi atau tidak mendapatkannya.
Jawab: Tidak ada dispensasi bagi mukallaf yang melakukan peribadatan kepada selain Allah atau mempersembahkan sembelihan serta nazarnya kepada selain Allah, atau juga ibadah-ibadah lain yang merupakan hak khusus bagi Allah. Kecuali dia tidak tinggal di negri muslim dan tidak sampai kepadanya dakwah. Yang seperti ini adalah udzur (dispensasi) baginya karena tidak sampainya ilmu, bukan semata-mata kebodohan. Sebagaimana yang di riwayatkan oleh muslim dari Abu Hurairah dari Rasulullah salallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Demi zat yang jiwa Muhammad ada di tanganNya, tidaklah seorang mendengar tentangku dari umat ini baik dari Yahudi maupun Nasrani, kemudian mati dan belum beriman dengan apa yang dengannya aku di utus, melainkan termasuk penghuni neraka.” (HR. Ahmad)
Jadi, tidak ada dispensasi bagi siapapun yang mendengarkannya. Barangsiapa yang hidup di negeri Islam dan telah mendengar tenatang Rasulullah salallahu’alaihi wasallam, tidak ada dispensasi dalam masalah ushul iman karena alasan bodoh.
Adapun sahabat yang meminta kepada Nabi salallahu’alaihi wasallam agar membuat untuk mereka dzatu anwath’ (pohon keramat) sebagai tempat menggantung senjata-senjata adalah sahabat yang baru saja meninggalkan kekafiran (baru masuk islam). Mereka baru dalam tahap meminta dan belum melakukannya, dan apa yang mereka minta adalah menyelisihi syariat. Nabi salallahu’alaihi wasallam telah menjawabnya dengan jawaban yang menunjukan bahwa jika seandainya mereka melakukannya niscaya mereka menjadi kafir.

[fatawa li al Lajnah ad Daimah II/51-52]

Thursday, 19 September 2013

Anas Bin Malik Sahabat Ketiga yang Terbanyak Meriwayatkan Hadits



Usia Anas masih sangat muda, ketika ibunya Al Ghumaisha’ (ada yang berkata bahwa nama ibu Anas adalah Rumaisha’ atau Ghumaisha’ padahal yang rajih adalah bahwa keduanya merupakan julukan baginya) mentalqinkannya dengan dua kalimat syahadat. Ibunya mengisi hatinya yang bersih dengan kecintaan kepada Nabiyul Islam Muhammad bin Abdullah salallahu’alaihi wasalam.
Maka dibenak Anas pun mulai tumbuh rasa cinta kepada Rasulullah salallahu’alaihi wasalam sekalipun dia  belum pernah bersua dengan Nabi mulia tersebut dan hanya mendengar kisah beliau sebatas dari orang ke orang. Tidak mengherankan, karena terkadang telinga lebih dahulu merindukan sesuatu daripada mata.
Betapa seringnya Anas kecil berangan bisa berkelana menemui Nabinya di Makkah atau beliau salallahu’alaihi wasallam bisa datang kepada mereka di Yastrib sehingga dia bisa berbahagia karena bisa melihatnya dan tentram bertemu dengannya.
Angan-angan itu dalam waktu dekat ternyata telah berubah menjadi kenyataan, Yastrib membanggakan dan berbahagia mendengar bahwa Nabi salallahu’alaihi wasalam dan sahabatnya As Shiddiq dalam perjalanan ke arahnya. Maka keceriaan memenuhi semua rumah dan kebahagian menyelimuti semua hati.
Mata dan hati bergayut dengan jalan yang penuh berkah, jalan yang membawa langkah Nabi salallahu’alaihi wasalam dan sahabatnya ke Yastrib. Anak-anak muda bergumam setiap cahaya pagi bersinar, Muhammad telah datang. Maka Anas bersam anak-anak kecil lainnya berlari-lari hendak menyambutnya, namun dia tidak melihat siapapun, dia pulang dengan sedih lagi kecewa.
Di suatu pagi yang indah yang penuh asa dan keceriaan yang semerbak, orang-orang Yastrib pun berbisik satu sama lain: “Muhammad dan sahabatnya telah berjalan mendekati Madinah.”
Maka orang banyak pun berhamburan ke jalan-jalan yang penuh berkah, jalan yang membawa Nabi petunjuk dan kebaikan kepada mereka. Mereka berbondong-bondong menyambut kedatangan beliau secara bergelombang. Kelompok demi kelompok, di sela-sela mereka ada sekumpulan anak-anak yang tak kalah bersemangat, wajah-wajah mereka di hiasi kebahagiaan dan menyatu dengan hati kecil mereka serta yang penuh suka cita memenuhi jiwa mereka yang jernih. Di barisan depan anak-anak tersebut adala Anas bin Malik Al Anshari.
Rasulullah salallahu’alaihi wasalam dan sahabatnya Ash Shiddiq datang, keduanya berjalan diatara kumpulan orang-orang dewasa dan anak-anak dalam rombongan yang besar.
Adapun kaum wanita dan gadis-gadis remaja yang biasa tinggal di rumah maka mereka naik keatap-atap rumah, mereka ingin melihat Rasulullah salallahu’alahi wasallam seraya bergumam: “Yang mana dia? Yang mana dia?”
Hari itu adalah hari yang tidak terlupakan. Anas bin Malik senantiasa mengingatnya sampai dia berumur 100 tahun lebih. Tidak lama setelah Rasulullah salallahu’alahi wasallam tinggal di Madinah, Al Ghumaisha’ binti Milhan, datang kepada beliau dengan di sertai Anas anak laki-lakinya yang masih kanak-kanak, anak laki-laki itu berlarian di depan ibunya dengan ujung rambut yang jatuh di keningnya.
Al Ghumaisha’ mengucapkan salam kepada Nabi salallahu’alahi wasallam dan dia berkata: “Ya Rasulullah, semua laki-laki dan wanita dari Anshar telah memberimu hadiah, tetapi aku tidak mempunyai apapun yang bisa aku jadikan hadiah untukmu selain anak laki-lakiku ini. Terimalah dia, dan dia akan berkhidmat kepadamu sesuai dengan apa yang engkau inginkan.”
Nabi salallahu’alahi wasallam bahagia, beliau memandang anak muda ini dengan wajah berseri-seri, beliau mengusap kepalanya dengan tangan beliau yang mulia, menyentuh ujung rambutnya dengan jari-jemari beliau yang lembut dan beliau menganggapnya sebagai keluarga.
Anas bin Malik atau Unais (anak kecil), begitu terkadang mereka memanggilnya sebagai ungkapan sayang kepadanya, berumur 10 tahun manakala ia berbahagia bisa berkhidmat untuk Rasulullah salallahu’alahi wasallam.
Anas radhiallahu’anhu hidup di samping Nabi salallahu’alahi wasallam dan berada di bawah bimbingan beliau sampai Nabi salallahu’alahi wasallam berpulang ke Rafiq al A’la yaitu selama kurang lebih 10 tahun. Selama itu Anas memperoleh bimbingan dari Nabi salallahu’alahi wasallam yang dengannya dia menyucikan jiwanya, memahami hadits beliau yang memenuhi dadanya, mengenal akhlak beliau yang agung, rahasia-rahasia dan sifat-sifat terpuji beliau yang tidak dikenal oleh orang lain.
Anas bin Malik mendapatkan perlakuan yang mulia dari Rasulullah salallahu’alahi wasallam yang tidak diperoleh oleh seorang anak dari bapaknya. Megenyam keluhuran perangai Rasulullah salallahu’alahi wasallam dan agungnya sifat-sifatnya yang membuat  dunia patut untuk iri kepadanya.
Biarkanlah Anas sendiri yang menyampaikan sebagian lembaran cemerlang dari perlakuan mulia yang dia dapatkan di bawah naungan seorang nabi yang pemurah dan berhati mulia, karena Anas lebih tahu tentangnya dan lebih berhak untuk menceritakannya.
Anas bin Malik berkata: “Rasulullah salallahu’alahi wasallam adalah orang yang paling baik akhlaknya, paling lapang dadanya, dan paling besar kasih sayangnya. Suatu hari beliau mengutusku untuk suatu keperluan, aku berangkat, tetapi aku menuju anak-anak yang sedang bermain di pasar dan bukan melaksanakan tugas Rasul salallahu’alahi wasallam, aku ingin bermain bersama mereka, aku tidak pergi menunaikan perintah Rasulullah salallahu’alahi wasallam. Beberapa saat setelah berada di tengah-tengah anak-anak itu, aku merasa seseorang berdiri di belakangku dan memegang bajuku. Aku menoleh, ternyata dia adalah Rasulullah salallahu’alahi wasallam dengan tersenyum, beliau bersabda: “Wahai Unais, apakah kamu telah pergi seperti apa yang aku perintahkan?” maka akupun menjadi salah tingkah, aku menjawab: “Ya, sekarang aku akan berangkat Rasulullah.”
Demi Allah, aku telah berkhidmat kepada beliau selama 10 tahun, beliau tidak pernah berkata untuk sesuatu yang aku lakukan: “Mengapa kamu melakukan ini?” beliau tidak pernah berkata untuk sesuatu yang aku tinggalkan: “Mengapa kamu tinggalkan ini?”
Bila Rasulullah salallahu’alahi wasallam memanggil Anas, terkadang beliau memanggilnya dengan Unais sebagai ungkapan cinta dan kasih sayang, dan dilain waktu Nabi salallahu’alahi wasallam memanggilnya: “Wahai anakku.”
Nabi salallahu’alahi wasallam memberikan nasehat-nasehat dan petuah-petuah beliau yang memenuhi hati dan jiwanya. Diantara nasehat-nasehat itu adalah sabda Nabi kepadanya:
“Wahai anakku, jika kamu mampu mendapatkan pagi dan petang sementara hatimu tidak membawa kebencian kepada seseorang maka lakukanlah wahai anakku, sesungguhnya hal itu termasuk sunnahku, barangsiapa yang menghidupkan sunnahku maka dia menyintaiku…Barangsiapa menyintaiku maka berarti dia bersamaku di Surga…Wahai anakku jika kamu masuk kepada keluargamu maka ucapkanlah salam, karena itu merupakan keberkahan bagimu dan keluargamu.”
Anas bin Malik hidup setelah Rasulullah salallahu’alahi wasallam wafat selama 80 tahun lebih, selama itu Anas mengisi dada umat dengan ilmu Rasulullah salallahu’alahi wasallam yang agung dan menumbuhkan akal pikiran mereka dengan fikih kenabian.
Selama itu Anas menghidupkan hati umat dengan dengan petunjuk Nabi salallahu’alahi wasallam yang dia sebarkan diantara para sahabat dan tabi’in, dengan sabda-sabda Rasulullah salallahu’alahi wasallam yang berharga dan perbuatan-perbuatan beliau yang dia terbarkan diantara manusia.
Dengar umurnya yang panjang, Anas menjadi rujukan bagi kaum muslimin dimasa hidupnya, mereka bertanya kepadanya setiap mereka dihadang oleh perkara penting dan setiap kali pemahaman mereka tidak menjangkau sebuah hukum.
Diantaranya, sebagian orang-orang yang gemar berdebat dalam agama berselisih tenatang haudh (telaga) Nabi salallahu’alahi wasallam dihari kiamat, maka mereka bertanya kepada Anas tentang hal itu, Anas pun berkata: “Aku tidak pernah menyangka akan bisa hidup sehingga aku melihat orang-orang seperti kalian yang berdebat dalam perkara telaga Nabi salallahu’alahi wasallam, sungguh aku telah meninggalkan wanita-wanita tua di belakangku, setiap mereka tidak melakukan shalat kecuali dia memohon kepada Allah agar memberinya minum dari telaga Nabi salallahu’alahi wasallam.”
Anas bin Malik terus hidup bersama kenangannya bersama Rsulullah salallahu’alahi wasallam selama kehidupan berlangsung. Dia sangat bahagia pada hari pertemuannya dengan beliau, sangat bersedih dihari perpisahannya dengan beliau, sangat sering mengulang-ulang sabda beliau.
Dia sangat sungguh-sungguh untuk mengikuti beliau  dalam sabda-sabdanya dan perbuatan-perbuatan beliau, menyintai apa yang beliau cintai, membenci apa yang beliau benci. Dua hari yang paling diingat Anas dalam hidupnya, Hari pertemuannya dengan Nabi salallahu’alahi wasallam dan hari perpisahannya dengan beliau salallahu’alahi wasallam.
Bila Anas teringat hari pertama maka dia berbahagia dan bersuka cita, namun jika hari kedua terlintas dibenaknya maka dia menangis berduka, membuat orangg-orang yang disekelilingnya ikut menangis. Anas sering berkata: “Sungguh aku telah melihat hari ketika Rasulullah salallahu’alahi wasallam dating kepada kami dan aku juga melihat hari dimana Rasulullah salallahu’alahi wasallam meninggalkan kami. Aku tidak melihat dua hari yang menyerupai keduanya. Hari kedatangan beliau salallahu’alahi wasallam di Madinah, segala sesuatu disana bercahaya. Tetapi hari dimana Rasulullah salallahu’alahi wasallam hampir menghadap kepa Rabbnya, segala sesuatunya terasa gelap gulita.”
Pandangan terakhirku kepada beliau terjadi dihari Senin ketika kain penutup kamar beliau dibuka, aku melihat wajah beliau seperti kertas mushaf, pada saat itu orang banyak sedang beridiri di belakang Abu Bakar radhiallahu’anhum melihat kepada beliau, mereka hampir saja bubar, namun Abu Bakar radhiallahu’anhu member isyarat kepada mereka agar tetap berada di tempat.
Kemudian Rasulullah salallahu’alaihi wasallam wafat dipagi hari itu, kami tidak melihat suatu pemandangan yang paling kami kagumi daripada wajah beliau manakala kami memasukkan tanah ke kuburan beliau.
Rasulullah salallahu’alahi wasallam berdoa untuk Anas bin Malik lebih dari sekali. Diantara doa Nabi salallahu’alahi wasallam untuknya:
“Ya Allah, limpahkanlah harta dan anak kepadanya, berkahilah dia padanya.”
Allah ta’ala mengabulkan doa Nabi salallahu’alahi wasallam. Anas radiallahu’anhu menjadi orang Anshar yang paling banyak hartanya, paling banyak keturunannya, sampai-sampai ia melihat anak-anak dan keturunannya melebihi angka 100. Allah ta’ala memberkahi umurnya sehingga ia hidup sampai 103 tahun.
Anas sangat berharap mendapat syafaat  Nabi salallahu’alaihi wasallam di hari  kiamat, Anas sering berkata: “Sesungguhnya aku berharap bias bertemu Rasulullah salallahu’alahi wasallam di hari kiamat, lalu aku berkata kepada beliau: “Aku adalah pelayan kecilmu, Unais.”
Ketika Anas sakit yang dalam sakitnya ini ia meninggal, dia berkata kepada keluarganya: “Talqinkan aku dengan laa ilaha illallah Muhammadur Rasulullah.” Maka Anas radhiallahu’anhu senantiasa mengucapkannya sampai dia meninggal. Anas memwasiatkan agar mengubur tongkat kecil milik Rasulullah salallahu’alahi wasallam bersamanya, maka tongkat itu diletakkan di sampingnya.
Selamat untuk Anas bin Malik Al Anshari radiallahu’anhu yang telah mendapatkan limpahan kebaikan dari Allah salallahu’alahi wasallam. Dia hidup dalam bimbingan Rasulullah salallahu’alahi wasallam yang agung selama 10 tahun sempurna. Dia adalah orang ketiga setelah Abu Hurairah dan Abudullah bin Umar dalam meriwayatkan hadits Rasulullah salallahu’alahi wasallam.
Semoga Allah membalasnya dan membalas ibunya atas apa yang dia berikan untuk Islam dan kaum muslimin dengan sebaik-sebaik balasan.

 

Area Backlink

Mau bertukar link? Masukan Link Blogku ke blog kamu Kemudian masukan nama/web dan url blog kamu pada kotak yang tersedia di bawah, lalu tekan enter. Active Search Results
Klik tanda SUKA pada Cahaya Islam, untuk mengetahui postingan terbaru blog ini dari facebookmu

Kunjungan Ke

Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes