Didalam Al Qur’an Allah subhanhu wata’ala senantiasa mengajak dan memanggil hambaNya dengan pangilan yang indah yaitu “hai orang-orang beriman”, yang mana setelah Allah memanggil hambaNya akan ada perintah atau larangan.
Namun
ada satu ayat didalam Al Qur’an yang senatiasa harus kita analisa dan renungkan
sebab ketika Allah menyebut “hai
orang-orang yang beriman”, justru perintah yang datang adalah pertintah untuk
beriman kembali, yaitu ayat yang terdapat dalam surat An Nisa: 136 yang
berbunyi:
“Wahai
orang-orang yang beriman, berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada
kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang
itu telah sesat sejauh-jauhnya. (QS. An Nisa: 136)
Yang
menjadi topik pembicaran kita adalah perintah kepada orang-orang beriman untuk
beriman kembali. Biasanya sebuah perintah itu ditujukan kepada orang-orang yang
belum melakukan perintah tersebut atau kepada orang-orang yang belum memiliki
sifat-sifat tersebut. Namun dalam ayat ini justru yang diperintah untuk beriman
adalah orang-orang yang beriman. Ada beberapa penjelasan ulama terkait ayat ini diantaranya:
1.
Tujuan
penekanan ini “yaitu berimanlah kamu” adalah untuk membenarkan dan mengoreksi
serta meluruskan apa yang dia praktekan
selama ini.
Sebagai
seorang muslim tentunya apa yang kita amalkan dalam agama ini adalah insya
Allah semata-mata ikhlas karena Allah subhanahu
wata’ala, namun apakah yang kita amalkan tersebut sesuai dengan tuntunan
Rasulullah salallahu’alaihi wasallam atau
tidak. Oleh karena itu didalam perkara agama ada yang namanya sunnah dan ada
yang namanya bid’ah, dalam perkara tauhid ada yang namanya tauhid dan ada yang
namanya syirik. Diantara kaum muslimin ada yang melakukan suatu amalan dalam
agama ini, namun setelah ditimbang dengan kacamata syariat ternyata tidak lebih
hanya sekedar adat dan kebiasan dalam suatu daerah tertentu yang di klaim
sebagai ajaran Islam. Padahal Rasulullah salallahu’alaihi
wasallam bersabda: “ Barangsiapa yang
mengada-adakan sesuatu dalam agama kami maka tertolak (HR. Bukhari dan
Muslim)
Maka hendaknya kita senantiasa mengoreksi
amalan kita, apakah telah sesuai dengan petunjuk Rasulullah salallahu’alaihi wasallam atau tidak,
jangan sampai kita bertemu dengan Allah subhanahu
wata’ala dalam keadaan amalan kita tidak diterima.
2.
Perintah
untuk melakukan perkara-perkara yang sudah masuk dalam perkara islam namun
belum dilaksankan oleh umat islam.
Hal
ini dapat kita lihat dalam kehidupan kita sehari-hari. Betapa banyak orang
Islam yang mengaku Islam namun tinggal KTPnya saja. Betapa banyak orang Islam
yang mengaku Islam namun tidak shalat, padahal jika kita melihat dalam Al
Qur’an begitu banyak ayat-ayat yang memerintahkannya untuk shalat, bahkan ayat
tersebut dihapalnya dengan fasih atau dihapalnya diluar kepala (Karena hapalannya
diluar kepala, ketika tertiup angin akhirnya terbang deh kemana-mana, tidak ada
yang tinggal sama sekali. He..he..he…!).
Belum
lagi kita melihat para wanita kaum muslimin yang belum mampu menutupi auratnya,
memakai pakaian yang begitu minim yang memperlihatkan lekuk tubuhnya. Bahkan
terkesan bangga dengan memperlihatkan auratnya kepada lelaki yang bukan
mahramnya. Allahu musta’an
Tentunya ini hanyalah
sebagian contoh dari sekian banyak contoh pelanggaran dalam agama ini yang
sering kita saksikan. Maka, “Wahai
orang-orang yang beriman, berimanlah kamu kepada Allah dan RasulNya”.
3.
Penekanan
untuk selalu istiqmah dalam agama ini
Dizaman
sekarang ini begitu banyak fitnah dan ujian yang datang bagaikan gelombang
dahsyat yang suatu saat dapat menghempaskan seorang muslim dari jalur
keistiqamahan dalam menjalankan ketaatan kepada Allah subhanahu wata’ala. Apakah itu datang dari keluarga, harta, wanita,
pekerjaan dan semisalnya, semua itu adalah faktor-faktor yang dapat melalaikan
seseorang dari jalan Allah. Oleh karena itu di perlukan kesabaran dan
kesungguhan dalam menjalankan ketaatan ini.
Sesungguhnya
keistiqamahan yang sempurnah adalah ketika ketaatan seorang hamba kepada Allah ta’ala tidak berkurang. Tetapi itu
tidaklah mungkin ada 100% pada diri
seorang hamba, terkecuali Nabi salallahu’alaihi
wasallam. Karena manusia adalah tempatnya kekurangan dan kesalahan, oleh
karena itu merupakan karunia dari Allah subhanhu
wata’ala yang telah menetapkan syariat, untuk menutupinya dengan istighfar.
Nabi
salallahu’alaihi wasallam telah mengabarkan bahwa tidak ada manusia yang mampu
beristiqamah dengan sempurna, namun paling tidak ada upaya-upaya untuk
mendekatinya. Didalam shahihain Rasulullah bersabda: “Lurus dan tepatlah diatas kebenaran atau paling tidak dekatilah.”
Dan
Allah subhanahu wata’alla berfirman:
“Maka tetaplah pada jalan yang Lurus
menuju kepadanya dan mohonlah ampun kepadaNya. dan kecelakaan besarlah bagi
orang-orang yang mempersekutukan-Nya,” (QS. Fushilat: 6)
Maka
kepada saudaraku kaum muslimin yang telah mengenal nikmatnya hidayah Islam dan
telah mengenal nikmatnya hadir di majelis-majelis ilmu serta berdakwah
dijalanNya. Renugkanlah ayat ini (surat An Nisa: 136) dan tetaplah istiqamah. Barakallahu fikum.
0 comments:
Post a Comment
Silahkan beri komentar; terimah kasih atas kunjungannya...