pasang iklan
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Thursday 27 November 2014

Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Melalui Penerapan Belajar Bermakna



              Teori belajar bermakna pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli psikologi pendidikan yaitu David P. Ausugel pada tahun 1968. belajar bermakna mengandung pengertian mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam kognitif seseorang.
             Salah satu metode pembelajaran yang dianggap tepat untuk memecahkan persoalan rendahnya prestasi belajar matematika siswa adalah dengan memperbaiki cara belajar siswa itu sendiri. Oleh sebab itu cara belajar bermakna yang mengandung pengertian mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif atau pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang merupakan alternatif yang dianggap paling tepat diterapkan pada siswa kelas II yang membutuhkan pemahaman konsep yang jelas.


Untuk lebih jelas dwonload Skripsi Lengkap: "Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Melalui Penerapan Belajar Bermakna".

 

Klik link di bawah




Saturday 22 November 2014

Kurang Tidur, Volume Otak Menyusut



Jika anda memiliki riwayat kurang tidur. Sebaiknya mulai saat memperhatikan waktu tidurnya. Penelitian menyebutkan, kurang tidur memilki dampak buruk bagi otak. Salah satunya dapat memicu volume otak menurun. Studi ini diterbitkan dalam jurnal medis Neurology, dari Amerika Academy of Neurology.
Dilansir Healthme Up, seiring berjalannya waktu semakin bertambahnya usia, maka jam tidur akan semakin berkurang. Tidur menjadi lebih lambat, dan bangun menjadi semakin cepat.
Peneliti Eropa melakukan penelitian melibatkan 147 dewasa antara usia 20 dan 84. Indikator penelitian adalah menganalisis hubungan antara gangguan tidur seperti insomnia dengan volume otak peserta.
Hasilnya, peserta ketika tidurnya terganggu, proses pemulihan dan perbaikan di otak akan terganggu dan menjadi kurang efektif. Hal ini menyebabkan tingkat penurunan volume otak yang lebih cepat.
Banyak penelitian telah menetapkan hubungan antara pentingnya tidur dan efeknya pada kesehatan otak. Kurang tidur juga dapat mempercepat timbulnya penyakit Alzheimer. Jika kurang tidur menyebabkan kehilangan memori, volume otak juga terpengaruh.
Selain itu, pola tidur yang buruk dapat menyebabkan efek yang merugikan pada sistem kekebalan tubuh, kesehatan jantung, berat badan dan memori. Penelitian juga menunjukan bahwa kurang tidur menyebabkan protein menumpuk di otak yang dapat merusak sel-sel otak.
Penulis studi tersebut, Claire Sexton Universitas Oxford Inggris, mengatakan “Ada pengobatan yang efektif untuk masalah tidur, sehingga kebutuhan riset masa depan untuk menguji apakah meningkatkan kualitas tidur bisa memperlambat laju kehilangan cairan dari otak. Jika itu terjadi, meningkatkan kebiasaan tidur orang bisa menjadi cara yang penting untuk meningkatkan kesehatan otak .” [Fajar]

Tuesday 18 November 2014

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP)


Model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) merupakan salah satu model pembelajaran efektif pada pembelajaran yang berorientasi pada Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) yang kegiatan awalnya membangkitkan motivasi siswa untuk mau belajar utamanya pelajaran matematika, Missouri Mathematics Project (MMP) merupakan salah satu model pembelajaran yang terstruktur.

Untuk lebih jelas dwonload Skripsi lengkap: "Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP)"

Klik link di bawah

http://adf.ly/sNNAp



Friday 14 November 2014

Keutamaan dan Makna Dua Kalimat Syahadat

Melafadzkan dua kalimat syahadat dan mengamalkan tuntutannya merupakan rukun dasar agama Islam. Namun sangat disayangkan dewasa ini, banyak orang yang tidak memahami maknanya. Sehingga meskipun mereka mampu mengucapkannya berkali-kali, tetapi tetap saja mereka masih melakukan kesyirikan, berupa berdoa kepada selain Allah dan sederet aktivitas kesyirikan lainnya. Mungkin mereka beranggapan bahwa, kalimat Laa Ilaha Illallah Muhamadu Rasulullah cukup dengan diucapkan saja, tanpa dipahami dan diamalkan sudah akan membebaskan mereka dari ke Syirikan dan memasukan mereka kedalam Syurga.
Oleh karena itu tidak ada salahnya jika kita, sedikit membahas keutamaan dan makna dari dua kalimat syahadat, semoga kita bisa mendapatkan pemahaman yang benar dalam memahami dua kalimat syahadat tersebut.
Keutamaan dua kalimat syahadat
Diantara dalil-dali yang meyebutkan keutamaan syahadat ini adalah:
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang bersaksi bahwa tiada Ilah (yang berhak diibadahi) kecuali Allah yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya; dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya; dan bahwa Isa adalah hamba Allah, Rasul-Nya, dan kalimat-Nya yang sampaikan kepada Maryam serta ruh dari-Nya; dan bersyahadat pula bahwa surga dan neraka adalah benar adanya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga, seberapapun amal yang sudah diperbuatnya.” (Muttafaq’alaih)
Dan dalam Shahih Muslim dan lainnya, hadits marfu dari Utsman radhiallah anhu Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang meninggal sedangkan dia mengetahui makna La Ilaha Illallah pasti masuk surga.” (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah radhiallah anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Saya bersaksi bahwa tiada tuhan (yang berhak diibadahi) selain Allah dan aku adalah utusan Allah, tiada-lah seorang hamba bertemu Allah (meninggal dunia) dengan membawa keduanya tanpa ada keraguan sedikitpun pasti ia akan masuk surga.” (HR. Muslim)
Dari Ubadah bin al Shamit  radhiallah anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah  shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang bersaksi bahwa tiada tuhan (yang berhak diibadahi) selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, maka Allah mengharamkan neraka atasnya.” (HR. Muslim)
Hadits-hadits diatas menunjukkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam mencukupkan dua kalimat syahadat untuk para sahabat. Yaitu untuk mengucapkannya, mengamalkan arahannya, lalu melaksanakan konsekuensinya berupa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan melaksanakan segala macam ibadah, selalu mentauhidkan Allah Azza wa Jalla dan menjauhi berbagai tradisi syirik. Inilah makna ucapannya,  Laa Ilaaha Illallaah. Sedangkan ikrarnya “Muhammad Rasulullah” mengharuskannya taat kepada Rasulullah  shallallahu „alaihi wasallam  dan mengikutinya.
Makna di atas dipahami oleh orang yang mengerti bahasa Arab, termasuk kandungannya yaitu nafyu (peniadaan) dan itsbat (penetapan). Kalimat ini tidak cukup hanya dilisankan saja, namun harus dipahami maknanya, diamalkan tuntutannya secara dzahir dan batin. Allah Taala berfirman:
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Hak) melainkan Allah.” (QS. Muhammad: 19)
“Akan tetapi (orang yang dapat memberi syafaat ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini (nya).” (QS. Al Zukhruf: 86) dan ayat semisal yang menjelaskan ilmu (memahami makna) menjadi syarat kalimat syahadatain.
Karena itulah, ketika seorang musyrik mengucapkan dua kalimat syahadat secara dzahir dia dilindungi dan darahnya dijaga sehingga dia diuji dan dilihat setelah itu. Jika dia istiqamah di atas agamanya dan konsisten dengan tauhidnya serta mengamalkan ajaran Islam, maka dia sebagai muslim. Dia mendapat hak dan kewajiban sebagaimana kaum muslimin lainnya. Jika dia menyelisihi tuntutan syahadatnya, meninggalkan sebagian syariat Islam dengan menentang dan mengingkarinya, atau menghalalkan sesuatu yang sudah sangat jelas keharamanya, maka kalimat ini tidak bisa menjaminnya.
Banyak cendekiawan dan kaum awam pada zaman sekarang, entah karena bodoh atau taklid, telah rusak akidah mereka dan tumbuh kejahilan terhadap dien dan arahan dua kalimat syahadat ini. Bahkan, makna bahasa Arab secara umum, karenanya tidak heran jika mayoritas mereka tidak memahami makna dua kalimat syahadat, terang-terang melakukan hal yang membatalkannya, mencukupkan dengan hanya membacanya berulang-ulang disertai keyakinan mendapat pahala besar, kebaikan, terjaga harta dan darah, tanpa memahami maknanya dan mengamalkan tuntutannya.
Karena itulah, sangat dibutuhkan penjelasan makna dua kalimat syahadat ini sebagai iqamatul hujjah  bagi orang yang tindakannya bertentangan dengan tuntutannya dan meyakini kalimat syadahat cukup dibaca berulang-ulang lantas mejadi muslim yang sempurna tauhidnya. Kalimat syahadat tidak cukup hanya dilisankan saja, namun harus dipahami maknanya, diamalkan tuntutannya secara dzahir dan batin.
Makna Kalimat Laa Ilaaha Illallaah
Para duat dan ulama sangat memperhatikan materi kalimat tauhid, terutama tentang maknanya. Syaikh Sulaiman bin Abdillah dalam Taisir al Aziz al Hamiid, hal 53 menjelaskan, “Makna Laa Ilaaha Illallaah adalah tidak ada yang diibadahi dengan benar kecuali tuhan yang satu, yaitu Allah yang Esa tidak ada sekutu bagi-Nya, sebagaimana firman Allah Taala:  
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.” (QS. Al Anbiya: 25)
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu.” (QS. Al Nahl: 36)
Makna al Ilaah adalah  al mabud  (yang diibadahi). Karena inilah, ketika Nabi shallallahu alaihi wasallam  berbicara kepada kafir Quraisy: “Ucapkan Laa Ilaaha Illalaah!” mereka menjawab: “Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” (QS. Shaad: 5)
Kaum Huud berkata: “Apakah kamu datang kepada kami, agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami?” (QS. Al A’raaf: 70)
Padahal Nabi Hud hanya mengajak mereka kepada Laa Ilaaha Illallaah. Inilah makna Laa Ilaaha Illallaah, yaitu ibadah kepada Allah dan meninggalkan ibadah kepada selain-Nya, itulah maksud kufur dengan taghut dan iman kepada Allah.
Kalimat agung ini mengandung makna bahwa selain Allah tidak berhak untuk di sembah dan di ibadahi dan menyerahkan ibadah kepada selain Allah merupakan kebatilan terbesar, dan kezaliman yang terburuk.
Tak seorangpun berhak diibadahi selain Dia, sebagaimana tidak pantas disebut tuhan  kecuali hanya Allah. Kalimat ini juga mengandung nafyu ilahiyah (meniadakan sifat-sifat ketuhanan) selain Allah dan mentapkannya hanya untuk Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Karena itu, kalimat ini memerintahkan untuk menjadikan Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang disembah dan melarang menjadikan tuhan bersama Allah.  Nafyu dan  itsbat  inilah yang dipahami oleh orang yang diseru kepada tauhid atau kalimat Laa Ilaaha Illallaah.
Semua bentuk ibadah yang hadir kerena pengabdian hati kepada Allah dengan cinta, ketundukan, dan kepatuhan kepada-Nya semata masuk dalam kategori uluhiyah. Maka wajib mengesakan Allah dengan ibadah itu, seperti doa, rasa takut, kecintaan, tawakkal, taubat, menyembelih, bernadzar, sujud, dan ibadah lainnya. Wajib memberikan semua itu kepada Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Lalu siapa yang memberikan sedikit saja dari ibadah tadi kepada selain Allah maka dia telah menjadi musyrik walau ia mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah.
Makna Syahadat Muhammad Rasulullah
Dan setelah kita memahami bahwa Laa Ilaaha Illallaah tidak cukup dilafadzkan saja, begitu juga dalam kalimat pasangannya (Muhammad Rasulullah), harus disertai dengan membenarkan risalahnya, komitmen dengan makna dan tuntutannya. Yaitu keyakinan yang menghujam dalam hati bahwa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam diutus oleh Tuhannya Azza wa Jalla, dia telah memandatkan syariat ini sebagaimana risalah (kerasulan), memerintahkan untuk menyampaikannya kepada umat, dan mewajibkan kepada seluruh umat untuk menerima risalahnya dan berjalan di atasnya. Hal itu bisa direalisasikan dengan memahami beberapa persoalan berikut ini:
Pertama: Nabi shallallahu alaihi wasallam adalah spesialis dalam risalah ini. Allah Taala berfirman:
“Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya.” (QS. Al Qashash: 68)
“Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan.” (QS. Al Anaam:124)
“Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-benar termasuk orang-orang pilihan yang paling baik.” (QS. Shaad: 47)
Ayat-ayat serupa sangat banyak yang menunjukkan bahwa para rasul dari kalangan manusia yang telah Allah muliakan, Allah pilih dan sucikan, sehingga mereka layak untuk mengemban risalah, penjaga syariat dan agama-Nya, dan menjadi perantara antara Dia dengan Hamba-hamba-Nya. Allah telah menyebutkan kondisi sebagian kaum yang mendustakan para rasul, mereka telah berkata kepada rasul mereka:
“Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami juga.” (QS. Ibrahim: 10) Lalu para rasul menjawab: “Kami tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, akan tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya.” (QS. Ibrahim: 11)
Terlebih lagi Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wasallam sebagai penutup para rasul dan seorang rasul terbaik. Allah telah mengistimewakan beliau daripada rasul sebelumnya. Beliau adalah makhluk pilihan yang diangkat menjadi rasul untuk seluruh makhluk dari kalangan jin dan manusia.
Kedua: Nabi Muhammad maksum dari kesalahan.
Umat sepakat bahwa para nabi semuanya maksum (terjaga) dari dosa besar, karena bisa menghilangkan sifat istimewa dan pilihan. Hal ini karena Allah akan mengembankan risalah-Nya kepada mereka agar disampaikan kepada seluruh manusia. Karena itu, mereka harus bisa menjadi teladan bagi umatnya, memberi peringatan agar menjauhi kekufuran dan dosa, kefasikan dan maksiat. Seandainya kesalahan dan kemaksiatan itu nyata maka pada mereka, maka musuh-musuh Islam punya bahan untuk mencela pribadi mereka dan merusak syariat yang mereka bawa. Ini akan menghilangkan hikmah Allah Taala.
Sesungguhnya di antara bentuk rahmat-Nya, Dia menjaga para nabi-Nya dari mengerjakan kesalahan-kesalahan ini, Allah sendiri juga melarang mereka, menjelaskan keburukan yang ditimbulkannya, sebagaimana Dia mejadikan mereka sebagai teladan dalam zuhud dan menjauhi syahwat dunia yang bisa menyibukkan dari negeri akhirat. Namun, boleh jadi dosa-dosa kecil bisa terjadi pada mereka sebagai ijtihad, tapi tidak menjadi ketetapan, tidak merusak kredibilitasnya, dan tidak menghilangkan kenabian dari mereka. Semua itu sebagai bukti bahwa mereka manusia biasa yang tidak  tahu ilmu ghaib dan tidak menyandang sedikitpun dari sifat rububiyyah.
Para mufassir dan ulama telah menyebutkan sebagian kejadian itu, seperti firman Allah Taala:
           “Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari, sedang mereka menghendaki keridaan-Nya.” (QS. Al Anaam: 52)
Dan firman-Nya:“Dan sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap Kami; dan kalau sudah begitu tentulah mereka mengambil kamu jadi sahabat yang setia. Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati) mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka.” (QS. Al Isra: 73-74)
Dan kejadian semacam itu yang dilakukannya sebagai bentuk ijtihad karena menyangka ada maslahat yang besar, sedangkan Allah tahu semua itu tidak akan terwujud. Allah telah menjaga beliau  shallallahu alaihi wasallam  dari melakukan adapun maksiat dan dosa atau membenarkannya karena menghilangkan sifat kerasulan dan sebagai manusia pilihan. Juga karena berseberangan dengan arahan beliau untuk menjauhi kekufuran, kefasikan, dan maksiat.
Dari sisi tabligh (menyampaikan) pesan Allah berupa syariat, maka para ulama bersepakat atas kemaksuman beliau bahkan kemaksuman seluruh nabi dalam menyampaikan risalah Allah, berupa wahyu dan syariat, bahkan Allah telah menjaga beliau dari kesyirikan, zina dan semisalnya, jauh sebelum menjadi Nabi. Para ulama bersepakat atas kemaksuman Nabi  shallallahu alaihi  wasallam bahkan kemaksuman seluruh nabi dalam menyampaikan risalah Allah, berupa wahyu dan syariat,
Rasulullah  shallallahu alaihi wasallam  telah bersabda: “Aku tidak pernah kepingin sesuatu yang biasa dilakukan orang-orang jahiliyah dan aku juga tidak pernah kepingin melakukan keburukan sehingga Allah memuliakanku dengan risalah-Nya.” (Disebutkan oleh al Qadli „Iyadh dalam kitabnya al Syifa dan lainnya)
Ibnu Ishaq berkata dalam sirahnya: “ketika Rasullullah telah beranjak dewasa, Allah menjaganya, melinduginya dari kotoran dan keburukan jahiliyah. Ketika ingin memuliakannya dan menjadikannya sebagai rasul  –di kala itu berada di atas agama kaumnya-  sehingga beliau menjadi seorang pemuda yang paling mulia perilaku dan akhlaknya, paling bagus pergaulannya, paling baik kepada tetangganya, paling gagah posturnya, paling amanat dan paling jauh dari sifat dan akhlak tercela yang bisa mengurangi kemuliaan dan kesuciannya, sampai-sampai mendapat julukan dari kaumnya sebagai Al Amiin (sangat terpercaya). . .”
Sebagai catatan bahwa tidak ada seorang manusiapun di muka bumi ini yang ma’sum setelah para Nabi dan Rasul Allah. Jika ada yang mengatakan bahwa dirinya adalah Ma’sum maka berhati-hatilah darinya, karena dia bermaksud memalingkan anda dari tuntunan Rasulullah salallahu’alaihi wasallam yang suci.
Jika ada orang ma’sum setelah Nabi salallahu’alaihi wasallam, maka berapakah wahyu dan hadits-hadits palsu yang akan keluar dari mulut-mulut mereka?! Bukankah wahyu dan hadits-hadits palsu senantisa berasal dari si “ma’sum”?!



 

Area Backlink

Mau bertukar link? Masukan Link Blogku ke blog kamu Kemudian masukan nama/web dan url blog kamu pada kotak yang tersedia di bawah, lalu tekan enter. Active Search Results
Klik tanda SUKA pada Cahaya Islam, untuk mengetahui postingan terbaru blog ini dari facebookmu

Kunjungan Ke

Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes